New Normal dan Refleksi Pesan Idul Fitri Presiden Jokowi

Foto: Presiden Jokowi. (Lukas-Biro Pers Sekretariat Presiden).

Pemerintah sudah merilis beberapa skenario new normal life untuk pekerja yang meliputi PNS, pegawai BUMN dan karyawan perusahaan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menormalkan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang terpuruk akibat pandemic covid-19. Namun sayang, skenario new normal tidak tidak diiringi dengan skenario peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan.

Beberapa kebijakan kontraproduktif digulirkan dan menjadikan masyarakat terpancing untuk menjadia abai terhadap protocol kesehatan dalam pencegahan penyebaran wabah. Misalnya saja, melarang warga untuk mudik namun pada saat bersamaan justru bandara dibuka, melarang masyarakat bergerombol namun pada saat yang sama meresmikan dibukanya kembali pusat perbelanjaan.

Sepertinya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini pemerintah belum memiliki peta jalan. New normal life yang direncanakan saat ini terkesan hanya mengikuti tren global tanpa menyiapkan perangkat memadai. Wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak pandemi Covid-19, namun kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan dalam new normal tersebut. Jika persiapan dan kesiapan belum ada, maka yang terjadi bukan teratasinya pandemic namun malah semakin menyulut masalah baru yaitu sebaran wabah yang menjadi semakin sulit terkendali. Dengan demikian, tujuan new normal life yang harapannya membangkitkan ekonomi justru membahayakan manusia. Alih-alih ekonomi bangkit justru wabah gelombang ke dua mengintai di depan mata.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Hermawan Saputra, dalam wawancaranya dengan merdeka.com pada Senin (25/5) menyatakan bahwa untukm mencapai kondisi new normal setidaknya ada empat prasyarat yang harus terpenuhi, yaitu harus sudah terjadi perlambatan kasus, sudah dilakukan optimalisasi PSBB, masyarakatnya sudah lebih memawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing, dan pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal. Selanjutnya, Hermawan menilai keempat prasyarat tersebut saat ini belum terpenuhi.

Jika persyaratan belum terpenuhi namun skenario new normal tetap digulirkan, maka patut menjadi tanda tanya pada benak kita. Untuk apa atau untuk siapa sebenarnya skenario ini ada? Apakah betul-betul untuk kepentingan masyarakat demi terselesaikannya wabah atau hanya untuk menyelamatkan kepentingan ekonomi segelintir pihak yang memiliki modal besar saja?

Baca Juga:  Jokowi Mati Gaya, Anies The Real Leader

Patut kiranya kita perhatikan dengan seksama, sambutan presiden Jokowi dalam acara ‘Takbir Virtual Nasional dan Pesan Idul Fitri dari Masjid Istiqlal’ pada Sabtu, 23 Mei 2020. Pesan itu disampaikan Jokowi dalam bentuk video yang diambil dari kediaman presiden di Istana Bogor, Jawa Barat. Dalam pesannya, Presiden mengatakan bahwa hendaknya kita mengahdapi wabah ini dengan ikhlas, taqwa dan tawakal. Presiden juga berharap bahwa Allah swt meridhoi ikhtiar bangasa ini dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19 ini.

Jika kita betul-betul berharap Allah meridhoi ikhtiar kita, maka seharusnya bangsa ini mencermati dengan seksama bagaimana ajaran Allah swt dan RasulNya dalam menghadapi wabah penyakit. Demikian pula kita patut mencermati bagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengambil kebijakan pada saat terjadi wabah Thaun yang melanda negeri Syam. Dengan mencermatinya, kita akan mendapati bagaimana Islam mengajarkan agar pemimpin mengambil sikap untuk secara maksimal mencegah tersebarnya wabah dengan melakukan social distancing dan protocol kesehatan ketat. Sedangkan terkait masalah ekonomi yang muncul akibat kebijakan kesehatan tersebut, maka Negara menjadi penjamin tersedianya kebutuhan rakyat sebaik mungkin. Tanggung jawab besar dalam hal ekonomi ini menjadikan penguasa di tengah umat dari Khalifah hingga wali atau setingkat gubernur saat itu, turut hidup dalam kesederhanaan dan keprihatinan, demi untuk bisa memberikan pelayanan terbaik kepada rakyatnya.

Sesungguhnya ada lebih banyak lagi detail penanganan wabah yang telah diajarkan oleh Islam. Oleh karenanya, jika kita menginginkan ikhtiar kita betul-betul di ridhoi oleh Allah swt, hendaknya bangsa ini tidak memaksakan new normal dengan mengekor trend dunia, melainkan menggali bagaimana ikhtiar penanganan wabah dari khazanah pengetahuan Islam yang ada.

Oleh: Muthi’ Ekawati Rahayu, ST

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan