Teror berupa telepon dari nomor misterius mewarnai diskusi soal Papua yang digelar Amnesty International Indonesia pada Jumat, 5 Juni 2020.
Telepon misterius itu masuk ke nomor para pembicara yang mengisi diskusi bertema Laporan terbaru Amnesty International untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan judul “Civil and Political Rights’ Violations in Papua and West Papua”.
Direktur Eksekutif Amnesty Internasional, Usman Hamid, yang juga menjadi pembicara diteror saat sedang memaparkan materi. Ia mengatakan ada nomor asing yang menghubungi.
Setelah ditolak, Usman mengatakan telepon serupa terus berdatangan. “Dari tadi enggak berhenti, konstan,” ujar Usman dalam acara itu.
Usman awalnya mengabaikan teror lain. Namun, Yuliana S Yabansabra dari Elsham Papua yang juga mengisi acara ini pun ternyata mendapat panggilan dari nomor asing.
Masalahnya, Yuliana menggunakan ponselnya sebagai alat untuk melaksanakan teleconference. Ia pun terpaksa menunda paparannya dan beralih ke komputer.
Usman pun mulai mencurigai hal ini. Ia mengatakan yang aneh, nomor telepon bukan berasal dari Indonesia dan terus berganti-ganti. Ia pun merasa hal ini mirip dengan kasus peretasan ponsel yang menimpa peneliti kebijakan publik Ravio Patra.
“Nomornya ganti-ganti terus yang telepon. Ada dari bagian negara Kanada, negara bagian Amerika. Ini mirip kasus Ravio,” kata Usman.
Bahkan Tigor G Hutapea dari Yayasan Pusaka yang mengisi acara tersebut pun mengaku mendapat telepon serupa. “Saya juga dapat telepon yang sama. Saya juga ditelpon nomor yang berbeda, mohon waktu pindah ke laptop,” kata Tigor.
Sumber: tempo