Ombudsman Republik Indonesia menyesalkan sikap Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPK Cahya Hardianto Harefa yang dinilai tidak kooperatif memberikan keterangan terkait pemberhentian Brigjen Pol Endar Priantoro dari jabatan Direktur Penyelidikan KPK.

Sebab, KPK secara kelembagaan malah mempertanyakan balik kewenangan Ombudsman RI dalam menangani dugaan maladministrasi pemberhentian Brigjen Endar Priantoro.

Upaya pemanggilan paksa ini dilakukan setelah Ombudsman RI melayangkan surat pemanggilan sebanyak dua kali pada 11 Mei dan 22 Mei 2023. Namun, dua panggilan pemeriksaan itu tak diindahkan oleh KPK.

“Kami sampaikan di sana bahwa bila hingga pemanggilan ketiga pihak terlapor tidak juga datang memenuhi permintaan keterangan secara langsung oleh Ombudsman RI, maka sesuai dengan peraturan perundang-undangan kami punya beberapa opsi,” kata Anggota Ombudsman RI Robert Na Endi Jaweng di Kantor Ombudsman RI, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).

Baca Juga:  Novel Baswedan: Koruptor Telah Bersabar Menunggu Waktu yang Tepat untuk Pelemahan KPK

Opsi pertama, kata Robert, pihak terlapor tidak menggunakan haknya untuk memberikan jawaban atas pelaporan yang dituduhkan.

Opsi ini dilakukan apabila pihak terlapor mempunyai kendala teknis sehingga tidak memahami terhadap kasus yang ditangani Ombudsman.

“Kita kemudian menganggap yang bersangkutan tidak menggunakan haknya dan Ombudsman melanjutkan proses pemeriksaan tanpa keterangan, informasi dan klarifikasi dari pihak yang bersangkutan. Ini terjadi di sejumlah kasus,” ucap Robert.

Opsi kedua, lanjut Robert, Ombudsman RI melakukan upaya jemput paksa sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU 37 Tahun 2008.

Ombudsman bisa menghadirkan terlapor secara paksa atau pemanggilan paksa dengan bantuan Polri.

“Ini opsi yang diambil ketika kami menilai ketidakhadiran itu karena unsur kesengajaan. Apalagi secara terang benderang menyampaikan argumentasi yang justru mempertanyakan kewenangan Ombudsman,” cetus Robert.

Sebagaimana diketahui, Brigjen Endar Priantoro melayangkan keberatan ke KPK pada Rabu (12/4/2023) lalu.

Keberatan itu disampaikan karena menganggap ada perbuatan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan pimpinan KPK dan Sekretaris Jenderal KPK.

Hal ini terkait dengan pemberhentian dengan hormat dan pengembalian dirinya ke instansi Polri.

Baca Juga:  Jokowi Dorong KPK dan Kejagung Terapkan TPPU, Kejar Buron Korupsi Hingga Luar Negeri

Selain itu, Brigjen Endar Priantoro juga turut melaporkan Firli Bahuri ke Dewas KPK dan Ombudsman RI.

Brigjen Endar Priantoro menduga terdapat perbuatan maladministrasi dalam pemberhentian dirinya yang dilakukan Pimpinan KPK.

Menurutnya, maladministrasi tersebut dalam bentuk perbuatan melawan hukum, melampaui kewenangan, penggunaan wewenang untuk tujuan lain serta pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Brigjen Endar Priantoro menilai ada intervensi terhadap independensi penegakan hukum yang terus berulang melalui pola yang sama.

Hal ini tercermin dari pemberhentian atau pemecatan terhadap pihak yang berupaya menegakkan hukum dan melakukan pemberantasan korupsi. (hmd/nsi)

Sumber: tvonenews

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan