Mendagri: Birokrat Harus Berpikir scientis, Bukan Untung-untungan

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mempresentasikan inovasi i-POP di hadapan tim panel independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang diselenggarakan oleh Kementerian PAN-RB melalui konferensi video, di Jakarta, Selasa (30/06/2020). (ANTARA/kominfo/pri.)

IDTODAY.CO – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian gagasan bahwa pembuat kebijakan di instansi pemerintah atau birokrat harus membuat kebijakan berdasarkan data-data scientific dan berdasarkan teori. Tidak boleh membuat keputusan berdasarkan insting atau perasaan, apalagi mistik.

Pernyataan tersebut disampaikan Tito karnavian saat memberikan pengarahan dalam Wisuda IPDN Tahun 2020 di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (28/7/2020).

“Supaya tidak untung-untungan hasilnya tetapi membuat kebijakan yang kuat berdasarkan penelitian sebelumnya,” kata Tito sebagaimana dikutip dari beritasatu.com (29/7/2020).

Tito kemudian mengutip kalimat seorang ilmuan bernama Joseph Stiglitz, “If theory without policy is for academic, and policy without academic is for gamblers.” Artinya berteori saja tanpa diitindaklanjuti dengan membuat kebijakan, itu adalah untuk para akademik, sementara membuat kebijakan tanpa didasari teori adalah untung-untungan atau gamblers” terang Tito.

Baca Juga:  Tito: Muslim dan Non-Muslim Harus Pahami Keberagaman Sebagai Keniscayaan

Lebih lanjut Tito menegaskan bahwa seorang bang pembuat kebijakan harus memiliki sifat akademis dalam membuat keputusan.

“Seorang birokrat yang menjadi motor penggerak pemerintahan harus menjadi seorang ilmuan atau scientist. Sehingga, kebijakan yang dihasilkan, telah melalui serangkaian penelitian dan pola pikir ilmiah,” tuturnya

Mantan Kapolri ini menjelaskan, dibutuhkan 3 faktor penting sebagai pemimpin yang kuat, pertama, power dan kewenangan yang diatur dalam Undang-Undang maupun aturan lainnya. Kedua, memiliki followers atau pengikut berupa staf yang loyal dan pekerja. Ketiga, memiliki konsep yang didapat melalui ilmu pengetahuan.

“Power atau kewenangan, dan memiliki pengikut atau staf nantinya, itu saja tidak cukup, tapi juga harus memiliki konsep. Konsep hanya bisa didapatkan dengan melalui knowledge atau pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui jalur formal atau informal, apalagi didasari dengan keilmuan yang kuat,” tuturnya.

Berbekal pemahaman konsep dari ilmu pengetahuan, seorang pemimpin diharapkan aku membawa organisasi yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik. Terutama kaitannya dengan pencapaian target menggunakan strategi yang telah dipikirkan secara matang.

Baca Juga:  Harga Beras Naik, Menteri Tito Sarankan Masyarakat Makan Ubi dan Sorgum

“Strong leader di samping memiliki kewenangan, pengikut, mampu membawa pengikutnya dengan konsep dan strategi yang kuat untuk membawa organisasinya mencapai tujuan. Tanpa konsep yang kuat, tanpa strategi, maka anak buah akan bingung, mau dibawa ke mana organisasi yang dipimpin,” pungkas Tito.[beritasatu/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan