Rizal Ramli: Di Awal Maju Mundur, Akhirnya Terserah Hukum Rimba

Ekonom senior DR Rizal Ramli saat menjadi narasumber di ILC (Foto: Tangkapan Layar Youtube ILC TvOne)

Kegamangan pemerintah dalam menangani wabah virus corona sudah tampak dari awal pagebluk itu masuk ke dalam negeri. Skema penanganan wabah pun membingungkan di awal, mulai dari mewacanakan darurat sipil hingga keukeuh menolak lockdown.

Ekonom senior DR. Rizal Ramli menilai keraguan di awal itu muncul lantaran pemerintah tidak bersedia melakukan realokasi anggaran secara menyeluruh.

Ini mengingat opsi yang akan diambil, mulai dari lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tetap akan membutuhkan dana besar.

Dana itu salah satunya berguna untuk memberi subsidi ke rakyat, sehingga mereka bisa taat mengikuti anjuran untuk berkegiatan di rumah.

“Jadi memang sejak awal sudah maju mundur untuk biaya lockout atau bahkan PSBB, karena tidak all-out lakukan realokasi anggaran!” tegas Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu dalam akun Twitter pribadi, Kamis (28/5).

Kini, kegamangan pemerintah semakin menjadi-jadi. New normal atau kondisi normal baru di saat pagebluk Covid-19 tengah dipersiapkan. Tujuannya, agar rodak ekonomi berputar kembali.

Baca Juga:  RR Sebut Stafsus Presiden Dapat Proyek 5,6 Triliun, Sementara Tunjangan Guru Dipangkas 3,3 Triliun

Padahal di satu sisi, laju grafik corona belum melandai. Bahkan masih konsisten menanjak naik.

Bagi Rizal Ramli penerapan ini seolah membiarkan rakyat untuk berjuang atas hidupnya sendiri. Nantinya, hanya mereka yang kuat, baik dari sisi kesehatan maupun keuangan, yang mampu bertahan di rimba corona.

“Akhirnya terserah, berlaku Darwin’s “the survival of the fittest”, hukum rimba. Kalau kuat hidup, kalau ndak ya bye. Peranan negara marginal, weak governance,” tutupnya.

Baca Juga:  Ekonom Senior: Orang-orang di Sekitar Jokowi Banyak Kepentingannya

Sumber: rmol.id

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan