Tito Minta Tidak Terlena Positivity Rate Penularan Covid-19

Mendagri Tito Karnavian menjawab pertanyaan wartawan usai melaksanakan rapat persiapan pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2020 di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/7/2020).Kunjungan kerja mendagri tersebut untuk mengecek kesiapan dan pemantapan penyelenggaraan pilkada serentak pada 9 Desember 2020. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/pras)

IDTODAY.CO – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta Pemerintah Daerah (Pemda) dan semua elemen masyarakat untuk tetap waspada dan yang tidak terkait dengan hitung-hitungan dari  data-data positivity rate.

Pasalnya, data tersebut dengan banyaknya testing covid 19 yang dilakukan. Hal tersebut disampaikan Tito dalam gerakan membagi 1 juta masker di Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (15/8/2020).

“Jika yang positif rendah, itu bisa menggambarkan kalau testingnya betul-betul masif,” katanya sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com.

Terkait hal itu, mantan Kapolri tersebut mengatakan bahwa dirinya mengambil standar positivity rate dari WHO yaitu 5 persen dari populasi.

“Saya tidak ingin bertanya kepada Bapak Bupati berapa tapi silakan ditelaah sendiri dengan Gugus Tugas Covid-19nya, apakah sudah mencapai angka itu? Kalau angka itu 5 persen minimal baru bisa representatif dalam ilmu metodologi untuk menggambarkan situasi,” terang Tito.

Baca Juga:  Ahmad Muzani: Vaksinasi Satu-satunya Cara Hindari Bahaya Covid-19

“Tingkat positif rendah kalau testingnya massal dan ditemukannya memang rendah. Artinya, suatu daerah betul-betul rendah atau angka yang positif penularannya memang tidak masif. Namun bisa juga angka positif yang rendah terjadi karena jumlah testingnya kecil. Misalnya hanya nol koma sekian persen, sehingga angkanya kecil,” sambungnya.

Tito menegaskan hal tersebut ibarat sedang terjadi fenomena di puncak gunung es. yakni, Ada kemungkinan penderita covid 19 jumlahnya cukup banyak namun belum terdeteksi karena minimnya petugas melakukan testing.

“Nah, angka fatality rate, mortality rate atau tingkat kematian menjadi salah satu indikator penting karena tidak bisa ditutupi jumlah warga yang meninggal. Mungkin di Dinas Pemakaman datanya bisa dilihat, apakah terjadi peningkatan yang sangat signifikan atau landai karena orang yang wafat mungkin setiap hari terjadi,” tutur Tito.

Tito mengatakan, seandainya kenyataan di lapangan stabil normal, artinya tingkat fatality rate-nya lumayan, hal itu menggambarkan bahwa relatif terkendali.

Sayangnya, kita harus hati-hati  jika fatality rate yang meninggalnya naiknya tajam. Menurutnya, ada kemungkinan jika jumlah positifnya banyak tapi tidak terdeteksi karena jumlah testingnya kecil.

Baca Juga:  Jokowi Jadi Presidensi G20, Arief Poyuono: Artinya Anggota G20 Percaya Ekonomi RI Berkinerja Positif

“Nah fatality rate tingkat kematian ini bisa bermakna juga beberapa hal. Kita positif thinking bahwa memang sistem kapasitas kesehatan yang disiapkan oleh pemerintah itu baik-baik, treatment-nya baik, orang yang terkena dirawat dengan obat yang baik dengan cara-cara yang pas, sehingga menjadi sembuh. Sehingga tidak wafat atau bisa juga fatality rate yang rendah tingkat kematian yang rendah itu terjadi karena memang respon imun kekebalan tubuh dari tiap-tiap warga itu memang kuat,” tutup Tito.[beritasatu/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan