Usul Naikkan Harga Rokok, Mensos: Pengenalan Narkoba Itu Dari Rokok

Mensos Juliari Batubara. (Foto: Suara.com/Novian Ardiansyah)

IDTODAY.CO – Menteri Sosial Juliari Batubara mengusulkan untuk menaikkan harga rokok demi mencegah pembeli dari golongan anak-anak sekaligus juga untuk menambah pemasukan pemerintah dari cukai. Tak tanggung-tanggung harga yang diusulkan adalah  Rp100 ribu per bungkus

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juliari Batubara dalam Webinar Hari Anak Nasional 2020.

“Kalau bisa rokok harganya mahal. Satu bungkus minimal 100 ribu. Negara juga dapat cukai lumayan,” ujar Juliari sebagaimana dikutip dari Jpnn.com (21/7/2020).

Julian yang menegaskan bahwa banyaknya perokok anak-anak di Indonesia antara lain adanya salah persepsi bahwa rokok merupakan indikasi orang dewasa.

“Anak-anak ini simpel, mereka ingin terlihat tua, terlihat cool, keren, jadinya merokok. Selain itu, meskipun saya bagian pemerintah, akses terhadap rokok ini harus dibatasi. Bahkan di Indonesia menjual rokok secara ketengan (satuan) masih bisa,” urai Juliari.

Pria lulusan Chapman University Amerika Serikat tersebut mengatakan bahwa mestinya pemerintah mempersulit pembelian rokok. Tujuannya, supaya anak-anak tidak mudah mengakses “benda berbahaya” tersebut.

Baca Juga:  Gaya Komunikasi Mensos Risma Berpotensi Membelah Rakyat dan Ciptakan Kegaduhan

Namun demikian, Juliari Batubara menyadari betul bahwa usulannya akan mendapatkan protes keras dari para petani tembakau. Akan tetapi menurutnya, mayoritas tembakau yang dijadikan produksi rokok merupakan barang impor.

Atas dasar itulah, judiari menyarankan para petani untuk menanam komoditi lain selain tembakau. .

“Jadi harus mendesak pemerintah supaya harga rokok dan cukai dinaikan. Ini bukan untuk meningkatkan APBN saja, itu jangka pendek. Jangka panjangnya anak kita terlindungi dari rokok,” katanya.

Baca Juga:  Eks Wakil Ketua KPK: Tahun 2020 Adalah Tahun Keprihatinan, Mensos Terinfeksi Virus Korupsi

Lebih lanjut, Jelaskan bahwa rokok merupakan pintu masuk anak-anak untuk mencicipi narkoba. hal tersebut sangat membahayakan masa depan mereka.

“Harus diingat pengenalan narkoba dari rokok. Lama-lama nyobain ganja lalu sabu-sabu. Begitu masuk ke narkoba ya sudah habis. Mau rehab seperti apa pun, kalau sudah narkoba sejak dini itu sudah sulit,” tandas Juliari.[jpnn/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan