IDTODAY.CO – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta agar sekolah-sekolah mengedepankan prinsip pendidikan literasi generik. Dengan prinsip ini diharapkan para siswa tidak hanya disibukkan dengan hafalan, tetapi juga mampu memiliki daya nalar kritis terutama dalam memerangi hoax atau misinformasi.

“Tantangan terbesar umat manusia saat ini, khususnya dalam dunia pendidikan adalah serangan hoax dan misinformasi. Serangan hoax dan misinformasi ternyata tak hanya terjadi pada pemilu saja melainkan juga di saat pandemi COVID-19 seperti saat ini,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (25/7). Sebagaimana dikutip dari detik.com (25/07/2020).

Baca Juga:  Kejari Bogor Tutup Sementara Karena 4 Pegawainya Positif Corona

Ia juga menyebutkan bahwa dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 terhadap 2.050 tenaga medis di seluruh Indonesia pada April 2020, didapati bahwa 135 tenaga medis mengaku diusir dari tempat tinggalnya, 66 tenaga medis mendapat ancaman pengusiran, 140 tenaga medis dipermalukan karena bekerja di rumah sakit penanganan COVID-19, 160 tenaga medis dijauhi orang sekitar dan 71 tenaga medis dijauhi keluarganya.

“Respon masyarakat terhadap para tenaga medis tak lepas dari banyaknya informasi hoax dan misinformasi yang berseliweran di media sosial bahwa tenaga medis merupakan penyebar COVID-19. Bukannya menyaring, masyarakat malah mempercayai begitu saja,” ungkap Bamsoet saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada pelajar pencinta alam SMA 68 Jakarta.

Baca Juga:  Jumlah Dokter yang Meninggal di Medan Karena Covid-19 Mencapai 13, Orang, Kini Banyak yang Tak Praktik

“Kejadian ini hampir serupa di saat pemilu dahulu. Masyarakat cenderung mempercayai informasi yang keliru. Jika pun sudah diluruskan, mereka tetap tak mau menerima, lantaran sudah terlebih dahulu percaya pada informasi yang menyesatkan tersebut,” imbuhnya.

Bamsoet menambahkan, misinformasi terbaru yang saat ini sedang hangat di media sosial adalah terkait termometer infrared (thermo gun) yang diklaim berbahaya bagi manusia. Tak tanggung-tanggung, informasi yang keliru menyebutkan penggunaan thermogun yang ditembakkan di jidat untuk mengetahui suhu tubuh, dianggap malah bisa membahayakan struktur otak manusia.

Baca Juga:  Angka Kematian Covid-19 Jadi Perhatian Dunia, Pakar: Siapa yang Bertanggungjawab, Bapak Presiden?

“Mudahnya masyarakat percaya dengan informasi serampangan tanpa dasar yang kuat, menandakan daya nalar kritis bangsa ini sedang di ujung tanduk. Sekaligus menjadi early warning bagi stakeholder dunia pendidikan duduk bersama mencari pola pembelajaran yang tepat guna mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat yang terkandung dalam pembukaan UUD NRI 1945,” pungkas Bamsoet.[detik/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan