Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS), Edy Mulyadi meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) merealiasasikan janji kampanye bahwa akan menyetop impor pangan. Pasalnya Indonesia hingga kini masih impor sayuran dari Cina mencapai Rp11,5 triliun dan buah-buahan sekitar Rp22,5 triliun.

“Ya prihatin dan miris dengan nasib para petani sayur dan buah kita karena bebearapa waktu sebelumnya beredar video petani membuang sayurannya karena harganya jatuh. Biaya produksi tidak seimbang dengan biaya harga jualnya,” ungkap dia dalam youtube pribadinya, Rabu (27/5).

Baca Juga:  Impor China dari Indonesia Meningkat

Bahkan, kata dia, petani membiarkan buah dan sayurnya itu membusuk di pohon maupun di ladang karena ongkos panenya tidak sebanding dengan harga jual. Menurut dia, di satu sisi petani membuang sayurannya karena harganya jatuh ke paling rendah. Di sisi lain impor sayur dan buah dari Cina luar biasa besarnya masuk ke Tanah Air.

“Saya bertanya kepada Presiden Joko Widodo ketika kampanye tahun 2009 akan menyetop impor daging, buah, sayur, gula dan bawang putih. Pada saat blusukan ke sawah bertemu petani ingin memuliakan petani dengan menghentikan impor karena Impor akan membuat nasib petani menjadi terpuruk,” terang dia.

Baca Juga:  Masa Pemerintahan Jokowi, Impor Sayur Dari Cina Melonjak Tajam

Menurut dia, banyak janji-janji yang tak terpenuhi oleh Presiden Jokowi.”Tapi jangan lupa petani kita itu jumlahnya banyak untuk menyediakan ketahanan pangan, walaupun peran mereka saat ini terus tergerus karena nilai tukar petani (NTP) semakin rendah,” tandas Edy.

Dia meminta Presiden Jokowi memenuhi janji-janjinya untuk stop impor. Namun di Indonesia sekarang data-data dimainkan semua untuk kepentingan para mafia impor.

Baca Juga:  Rajin Impor, Pemimpin Medot Janji

“Ayo selamatkan petani kita karena mereka adalah rakyat indonesia dan bukan petani luar negeri, Cina, Vietnam dan Thailand,” ujar dia.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,nilai impor komoditas sayuran asal Cina mencapai USD75,37 juta, melonjak 219,31 persen atau tiga kali lipat dibandingkan Maret 2020 yang hanya USD23,60 juta. “Jadi Sayuran di sini itu maksudnya yang paling banyak adalah bawang putih asal Cina,” kata Kepala BPS Suhariyanto.

Sumber: indonesiainside.id

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan