Bakal masuknya 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China menuai kontroversi di tengah pandemi COVID-19. Mereka rencananya bakal menuju kawasan industri di Konawe, Sulawesi Tenggara, tempat produksi lithium untuk baterai mobil listrik.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) akhirnya memutuskan untuk menunda kedatangan 500 TKA China ke Sultra itu dengan alasan keamanan. Mereka baru boleh masuk Indonesia usai pandemi COVID-19 reda.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, TKA China itu akan masuk Indonesia sekitar Juni atau Juli mendatang. Kata dia, saat ini perusahaan China yang mengerjakan proyek tersebut sedang menyelesaikan perizinannya.
“Ya nanti. Orang itu (China) berencana minta, tapi itu nanti baru Juni atau Juli baru kejadian (masuk ke Indonesia), tapi sekarang mereka sudah minta izin. Kan perizinan itu enggak cukup sehari,” kata Luhut dalam bincang di RRI secara online, Sabtu (10/5).
Luhut menegaskan, industri lithium yang menjadi bahan baku baterai mobil listrik ini membutuhkan orang-orang dari China karena teknologi yang diterapkan di sana berasal dari Negeri Tirai Bambu. TKA China itu diperlukan karena Indonesia belum siap menjalankan proyek ini sendirian.
Dia berjanji orang-orang Indonesia bakal bekerja di sana setelah adanya transfer teknologi dari China. TKA China itu, katanya, bakal memberikan pelatihan pada pekerja Indonesia. Luhut menegaskan, induk dari proyek ini perlu dibangun kalau Indonesia mau mengembangkan industri kendaraan listrik.
“Nanti yang kerja siapa? Ya sebagian kita, 90-92 persen orang Indonesia. Masih banyak daerah lain yang belum jadi karena pendidikannya SMA kurang bagus. Sejak 3 tahun terakhir ini mulai diperbaiki mereka supaya masuk ke politeknik itu. Sekarang yang in take (masuk di Politeknik) 600 orang per tahun. Jadi jangan sebarkan hoaks,” ujarnya.
Diakui Luhut, pandemi COVID-19 ini menghambat proyek hilirisasi nikel menjadi lithium. Setelah pandemi corona mereda, proyek akan kembali jalan pada Juli mendatang dengan targetnya 2023 sudah beroperasi.
Dengan begitu, Indonesia bisa masuk pasar penyedia bahan baku baterai mobil listrik, sebab mulai 2025 diperkirakan orang-orang di Eropa tak lagi menggunakan mobil berbahan bakar bensin.
Sumber: kumparan