IDTODAY.CO – Ekonom Profesor Bustanul Arifin menyampaikan mengenai ketersediaan stok pangan. Dia menjelaskan, stok beras pada bulan Juni 2020 sudah mulai menipis yakni 1,5 juta ton.
“Diperkirakan hingga bulan Agustus stok beras akan menggerus di masyarakat, selanjutnya titik kritis akan terjadi pada bulan November-Januari 2021,” katanya dalam kajian bersama beberapa pakar, dikutip, Sabtu (6/6).
Stimulus ekonomi berupa bantuan sosial (bansos) khususnya untuk masyarakat di pedesaan diperlukan dalam jangka pendek untuk menahan kemungkinan penurunan ekonomi makro, sektoral dan dampak terhadap rumah tangga. Menurutnya, stimulus ekonomi di pedesaan sangat diperlukan untuk menyelamatkan sektor yang bergerak khususnya pangan.
“Sektor pangan selain memenuhi kebutuhan akhir (final demand) bagi rumah tangga juga menjadi input bagi sektor lainnya dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang makanan olahan,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Widyastutik menyampaikan empat skenario akibat Covid-19. Di antaranya skenario berat, skenario sangat berat, skenario sangat berat dengan dampak pesimis dari pemberian stimulus ekonomi, dan skenario sangat berat dengan dampak optimis dari pemberian stimulus ekonomi.
“Hasil simulasi dari keempat skenario tersebut menunjukkan kemungkinan penurunan ekonomi yang cukup berat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,” kata Widyastutik.
Dalam upaya menjaga ketersediaan stok pangan hingga Februari 2021, Prof Hermanto Siregar menyarankan agar memanfaatkan semua potensi yang ada diantaranya memanfaatkan lahan pekarangan rumah, lahan pasang surut dan lahan tidak produktif. Selanjutnya memberikan stimulus yang lebih jelas dan efektif yakni memberikan benih dan pupuk bagi petani.
“Skenario yang dapat dilakukan untuk menyerap tenaga kerja adalah menumbuhkan sektor pertanian di desa dengan menggunakan inovasi dan teknologi padat karya, melakukan pengolahan dan prosesing untuk menambah nilai tambah di setiap komoditas. Terdapat banyak sektor yang dapat dijadikan tumpuan untuk menghidupkan sektor lainnya,” ujarnya.
Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menyatakan, pada prinsipnya IPB University terus mendorong agar kebijakan yang ada di Indonesia baik kebijakan stimulus, pembatasan sosial berskala besar (PSSB), relaksasi apapun harus berbasis pada saintifik, agar kebijakan yang diambil lebih akurat, tepat dan efektif sekaligus memberikan solusi. Science-based policy sudah menjadi keniscayaan.
“Hasil-hasil riset di atas menyebutkan efektivitas stimulus ekonomi akan menjadi kunci sejauh mana Indonesia akan pulih atau tidak dari krisis ini,” ujarnya.
Sumber: indonesiainside.id