Di balik gemerlap pembangunan ribuan kilometer jalan tol yang selalu dibanggakan Presiden Jokowi, jutaan remaja Indonesia terpapar gangguan jiwa. Ironis.

Ketua bidang Ideologi dan Kaderisasi Partai Buruh, Adityo Fajar merasa miris dengan kondisi ini. Dia pun membeberkan hasil studi The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) bekerja sama dengan UGM di akhir 2022. “Hasilnya mencengangkan,” papar Adfityo kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Menurut Fajar, hasil studi I-NAMHS dengan UGM itu, menyatakan, 1 dari 3 remaja di Indonesia, memiliki masalah kesehatan mental. Dan, 1 dari 20 remaja Indonesia memiliki gangguan mental. Angka tersebut setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja di Indonesia. “Remaja dalam kelompok ini terdiagnosis gangguan mental itu, sesuai standar panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5),” paparnya.

Mirisnya lagi, menurut studi itu, kata Fajar, hanya 2,6 persen remaja Indonesia yang kesehatan mentalnya bermasalah, bisa mengakses layanan kesehatan mental. Menurut beberapa penyintas masalah kesehatan mental, salah satu hambatan terkait masalah itu, adalah keterbatasan BPJS dalam mencover hal tersebut.

Baca Juga:  Adhie Massardi: Zaman Belanda Obat Beri-beri Dibagi Gratis, Era Jokowi Kok PCR Dijual Mahal ke Rakyat

“Sementara biaya psikolog klinis terbilang masih relatif mahal. Kemudahan dan masifikasi layanan kesehatan mental menjadi isu yang lebih krusial belakangan ini,” tutur Fajar.

Dalam skala global masalah kesehatan mental sendiri juga menjadi perhatian serius. “Ini mencemaskan. Catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, secara global, satu dari 7 anak berusia 10-19 tahun, mengalami gangguan jiwa. Sementara bunuh diri menjadi penyebab utama kematian ke-empat terbesar untuk kalangan berusia 15-29 tahun,” terangnya.

Masih menurut WHO, kata dia, berbagai faktor memengaruhi kesehatan mental. Yakni, keterpaparan kesulitan hidup (ekonomi), tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan eksplorasi identitas.

Penentu penting lainnya, kata Fajar, termasuk kualitas kehidupan keluarga dan hubungan teman sebaya. Kekerasan dan masalah sosial ekonomi yang parah juga diakui sebagai sumber risiko kesehatan mental.

Besarnya jumlah anak muda Indonesia yang mengalami gangguan mental, kata dia, menunjukkan adanya problem serius pembangunan.

“Orientasi pencapaian pembangunan tidak bisa hanya diukur dari volume ekonomi belaka. Tak cuma soal growth belaka. Di dunia, dikenal Gross National Happiness. Sederhananya, itu indeks yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan kolektif suatu populasi. Indonesia sangat tertinggal. Penduduknya tidak bahagia. Anak mudanya rentan mengalami gangguan mental. Ada kecemasan kolosal sehari-hari,” pungkas Fajar.

Fajar benar. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR mencatat, selama pemerintahan Presiden Jokowi (2014 sampai saat ini), terbangun jalan tol sepanjang 1.848,1 kilometer (km). “Belum lama, ada partai yang mengglorifikasi pemerintahan hari ini dengan slogan ‘Jokowisme’. Mereka membanggakan pembangunan fisik, terutama infrastruktur. Memuja jalan-jalan baru, tapi penduduk tidak bahagia, anak mudanya terserang gangguan jiwa. Mentalitas mereka ini, ala Deandels saja. Bangun jalan raya pos, tak peduli korban berjatuhan,” ungkap Fajar.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit menerangkan, jika dirata-rata, pembangunan jalan tol di era Jokowi, mencapai 264,01 km per tahun. “Dalam periode masa kepemimpinan Presiden Jokowi mulai 2014-Maret 2023, tujuh tahun telah dibangun 1.848,1 km jalan tol,” kata Danang pada Selasa (28/3/2023).

Dari data BPJT, pada periode 2015-2019 pemerintahan Jokowi membangun 1.298,3 km jalan tol. Terdiri dari 132 km pada 2015, sepanjang 44 km pada 2016, sepanjang 156 km pada 2017, dan 450 km pada 2018, serta 516 km pada 2019.

Pada 2020 sampai Maret 2023, jalan tol yang sudah selesai dibangun bertambah 535,46 km. Capaian Jokowi jauh di atas era SBY yang membangun jalan tol sepanjang 144.825 km selama dua periode.

Sayangnya, ada jutaan remaja Indonesia masih tak bahagia. Berpotensi terpapar gangguan mental yang luput dari perhatian pemerintah saat ini.

Sumber: inilah.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan