IDTODAY.CO – Sejak pagi ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menurun tajam. Bahkan, mesin pencari Google menunjukkan data pelemahan hingga di atas Rp 16.000/US$. Apabila hal ini dibiarkan maka akan memukul berbagai sektor perekonomian dalam negeri.
Jika dampak pelemahan rupiah ini tidak dapat diatasai, menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mau tak mau, para pelaku tekstil akan menghentikan produksinya untuk sementara sampai kondisi normal kembali.
Bahan baku yang hanya bisa didapatkan melalui impor harganya akan melambung yang disebabkan oleh naiknya nilai tukar dolar AS yang terlalu tinggi. Sementara sebagian besar bahan baku tekstil dipenuhi lewat impor.
Sebenarnya kenaikan biaya produksi bisa diimbangi dengan menaikkan harga jual. Hanya saja, itu bukan keputusan bijak mengingat daya beli masyarakat juga sedang rendah. Maka yang menjadi pilihan adalah kegiatan produksi harus dihentikan daripada tetap berproduksi namun produk yang dihasilkan tak terserap masyarakat karena harganya terlalu mahal.
“Sampai hari ini produksi masih berjalan normal. Tapi kalau hasil produksi tidak terserap, ujung-ujugnnya juga harus berhenti produksi juga, realistis saja,” ujar Ketua Umum API Jemmy Kartiwa kepada Detik.com, Kamis (19/3/2020).
Mengingat kemampuan daya beli masyarakat Indonesia masih tergolong lemah ditambah ekspor yang tertahan akibat penyebaran virus corona maka langkah penghentian produksi ini yang harus di ambil.
“(Tidak bisa naikkan harga) daya beli lemah, dan ekspor pun sekarang lagi bermasalah karena buyer minta hold delivery,” tutupnya.
Sumber: detik.com
Editor: Ahmad Kamali