Sindir Sri Mulyani Mimpi Di Siang Bolong, Pengamat: Ekonomi Makin Nyungsep !

IDTODAY.CO – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa  pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV positif disoroti sejumlah kalangan.

Diantaranya Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi. Menurutnya, harapan tersebut ibarat jual mimpi di siang bolong.

“Boleh-boleh saja. Berharap itu sama saja menjual mimpi di siang bolong,” kata Ucok sebagaimana dikutip dari Rmol.id, Rabu (17/6).

Menurut Ucok, pernyataan Sri Mulyani tidak sesuai dengan indikator ekonomi yang masih mengalami perlambatan. Misalnya manufaktur dan daya beli jauh dari harapan.

Baca Juga:  Viral WA Pegawai Pajak Serang Balik Sri Mulyani, Tuding Menteri Keuangan Ikut Hancurkan Ditjen Pajak dengan Keputusan Sembrono

Bahkan menurut Ucok, industri manufaktur dari kinerja impor pada bulan Mei 2020 tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) semua turun cenderung melambat.

Di samping itu, Ucok menyoroti Pemerintah yang melonggarkan PSBB dengan tujuan menggenjot daya beli masyarakat. Menurutnya, hal tersebut berpotensi menjadi bumerang dan semakin memper buruk situasi ekonomi.

“Di satu sisi, pemerintah tidak bisa mengendalikan atau menghentikan penuraan pandemik Covid 19. Pelonggaran PSBB ini bisa rakyat jadi korban Covid-19, dan akan jadi bumerang sendiri bagi ekonomi yang makin nyusep padahal baru dibuka,” urainya.

Baca Juga:  Harga BBM Tak Kunjung Turun, Pengamat: Harga BBM Di Indonesia Harusnya Rp2.000 per Liter

Kemudian Ucok berandai, jika k pspb dilonggarkan dan berakibat 1000 orang terinfeksi setiap harinya, maka hal tersebut akan menjadi fase kedua penurunan daya beli dan manufaktur.

“Bukan hanya itu, dana asing, yang sudah masuk ke Indonesia, akan kabur lagi karena Indonesia dianggap tidak sehat,” ucap Ucok.

Lebih lanjut, Ucok khawatir kondisi ekonomi akan mengalami keterpurukan dan membuat menteri keuangan semakin bingung karena negara minim pendapatan.

Baca Juga:  Rizal Ramli: Sri Mulyani minta saran IMF, Indonesia bakal semakin hancur

“Untuk itu pengeluaran APBN 2020 harus lebih efisien. Khusus dana pemulihan ekonomi harus diperas seperti dana talangan atau dana kartu prakerja, atau dana apa saja buat BUMN sebesar Rp 152 triliun,” tandas Ucok.[Brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Scroll to Top