IDTODAY.CO – Kasus kerusuhan Amerika Serikat akibat terbunuhnya George Floyd oleh seorang polisi menuai banyak respon negatif dari dunia internasional dan dianggap sebagai kerusuhan rasial yang cukup membahayakan.

Terkait hal tersebut, ketua umum PBNU KH. Said Aqil Siradj menyatakan, borok demokrasi Amerika terkuat sejak Donald Trump mengikuti kampanye pemilihan presiden dengan melontarkan kata-kata rasis terhadap warga kulit berwarna dan umat Islam di Amerika. Hal tersebut sekaligus menjadi penyebab terjadinya kerusuhan rasial yang terjadi saat ini.

“Demokrasi Amerika tengah sekarat karena menghasilkan pemimpin konservatif yang menyeret demokrasi ke titik anti-klimaks, dengan retorika-retorika politik iliberal yang selama ini dimusuhinya,” kata Said Aqil dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Sabtu (6/6/2020).

Kiai Said mengaktifkan perubahan tata kelola negara yang jauh melenceng di zaman Donald Trump dari pondasi yang diletakkan Barack Obama telah menunjukkan demokrasi Amerika jauh daripada pemberitaan yang disampaikan media.

“Diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah menjadi cacat bawaan seperti telah disinggung oleh Gunnar Myrdal sejak 1944 dalam bukunya ‘An American Dilemma;. Demokrasi Amerika akan terus dihantui oleh pertarungan abadi antara ide persamaan hak dan prasangka rasial. Keyakinan Myrdal bahwa pada akhirnya demokrasi akan menang atas rasisme tidak terbukti sampai sekarang. Diskriminasi atas warga Afro-Amerika telah memicu kerusuhan rasial yang terus berulang hingga 11 kali dalam setengah abad sejak 1965,” urainya.

Baca Juga:  Geram Kepada Twitter, Donald Trump Akan Ubah UU Medsos di AS

Menurutnya, keadilan, persamaan hak, pemerataan, dan perlakuan tanpa diskriminasi terhadap seluruh kelompok masyarakat merupakan nilai-nilai demokrasi yang gagal dicontohkan Amerika. Standar ganda yang sering digunakan Amerika dalam isu HAM, perdagangan bebas, dan terorisme menunjukkan wajah bopeng demokrasi yang tidak patut ditiru.

“NU memandang bahwa demokrasi masih merupakan sistem terbaik yang sejalan dengan konsep syûrâ di dalam Islam. Namun, NU menolak penyeragaman demokrasi liberal ala Amerika sebagai satu-satunya sistem terbaik untuk mengatur negara dan pemerintahan,” terang Kiai Said.

Demokrasi Indonesia perlu dibangun dengan tetap berlandaskan pada prinsip musyawarah-mufakat dalam politik dan gotong royong dalam ekonomi. Dia menyebtunya demokrasi yang sejalan dengan penguatan cita politik sebagai bangsa yang nasionalis-religius dan religius-nasionalis.

Kiai Said menegaskan bahwa Indonesia harus mandiri dalam menjalankan demokrasi tidak perlu mengekor terhadap negara manapun. Demokrasi Indonesia harus sesuai dengan jati diri bangsa dan karakteristik masyarakat Indonesia

“Nahdlatul Ulama memandang bahwa kejadian kerusuhan rasial di Amerika saat ini perlu menjadi bahan refleksi serius agar peristiwa serupa tidak terulang di negara mana pun,” tegasnya.[Brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan