Pantun budayawan Butet Kartaredjasa yang menyinggung sejumlah capres lainnya diduga pesanan politik dan bukan bagian dari karya seni.

“Pantunnya Mas Butet itu narasinya mirip materi kampanye pilpres, tidak seperti karya seni. Saya menduga ini pesanan,” ungkap Aktivis 98, Muhammad Ikhyar Velayati di Medan, Selasa, 27 Juni 2023.

Sebagai seorang seniman, Ikhyar melihat Butet sudah terjebak offside.

“Sebagai seniman yang dikenal kritis dan independen selama ini, kali ini Butet terjebak offside. Dia masuk dalam ranah politik praktis yang abu-abu. Butet sudah melakukan penilaian secara vulgar dan kehilangan nilai estetikanya,” kata Ikhyar.

Baca Juga:  Aktivis 98: Kehadiran Mahfud Tak Mampu Bikin Pemerintahan Jokowi Waras Bernegara

Ia menambahkan, pantun Butet ini juga masuk kategori seniman politik dan bukan politik seniman.

“Beda antara politik seniman dengan seniman politik. Kalau politik seniman, orang yang menggunakan talenta seninya menghasilkan karya seni dengan nilai estetik, tapi kalau seniman politik, orang yang menghasilkan karya seni karena ada pesanan politik. Dan Butet ini menurut saya masuk kategori seniman politik,” tegas Ikhyar.

Baca Juga:  Tak Lagi Percaya Jokowi, Rakyat Malah Bikin Old Normal

Seperti diketahui, budayawan Butet Kartaredjasa membacakan pantun yang diduga menyinggung capres Koalisi Perubahan, Anies, Baswedan dan Prabowo Subianto dari Gerindra. Pantun ini dilontarkan Butet dalam acara Peringatan Puncak Bulan Bung Karno 2023 di Stadion Utama GBK, Sabtu 24 Juni 2023.

“Ya begitulah kalau otaknya pandir. Pepes ikan dengan sambal terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh kok koar-koar mau dijegal,”

“Jagoan Pak Jokowi rambutnya warna putih, gigih bekerja sampai jungkir balik. Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak Presiden hobinya kok menculik,” kata Butet dalam pantunnya itu.

Sumber: kbanews

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan