Nasab Habaib di Indonesia tersambung sampai Nabi Muhamamd SAW. Nasab ini tertulis rapi di Rabithah Alawiyah.

“Imam Uraidi melahirkan Imam Muhammad bin Naqib melahirkan Imam Isa Annaqib melahirkan Imam Ahmad Al Muhajir melahirkan Imam Alwi Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir melahirkan Imam Alwi bin Ubaidillah melahirkan Muhammad bin Alwi melahirkan Imam Alwi bin Muhamamd Alwi melahirkan ketika salam ‘Assalamu’alaika Ayyuhannaibiyu Warahmatullah Wabarakatuh’ dijawab oleh datuknya ‘Alaikassalam ya Syaikh, Alaikassalam Ya Waladi. Man Huwa? Al Imam Ali. Yang ngomong putus anak putune Kanjeng Nabi biar melek,” kata Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (Jatman) Habib Luthfi bin Yahya dalam video yang beredar.

Baca Juga:  Gubernur Jateng Minta Maulid Nabi yang Dihadiri Habib Luthfi di Pekalongan Digelar Daring

Dalam kesempatan lain Habib Luthfi menerangkan kaitan antara Nasab dan Akhlak. Beliau menuturkan bahwa meskipun mempunyai nasab langsung ke Rasulullah, belum tentu akhlak orang itu baik karena ini persoalan ma’shum (dilindungi Allah dari dosa).

“Jangan heran jika (keturunan Nabi) ada yang berakhlak tidak baik, lah wong mereka tidak di-ma’shum kok,” terang Habib Luhtfi, sebagaimana dikutip Jurnal Presisi dari NU, pada Jum’at, 26 November 2020.

Baca Juga:  Diduga Hina Habib Luthfi, Ustadz Maaher At-Thuwailibi Dilaporkan ke Bareskrim

Melalui pernyataan tersebut, Habib Luthfi menuturkan bahwa keturunan Rasulullah itu tidak di-ma’shum (dipelihara dari dosa) seperti Rasulullah.

Keturunan-keturunan tersebut juga tidak seluruhnya memiliki akhlak yang baik. Hal tersebut juga merupakan suatu hal yang sangat wajar.

Belakangan ini, istilah ‘Habib’ sebagai seorang yang memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad SAW banyak disorot publik.

Alasannya adalah, masyarakat menilai bahwa ada seorang keturunan Nabi yang kepribadian serta perilakunya tidak mencerminkan Nabi Mumammad SAW.

Habib Luthfi mengingatkan kita agar tidak heran apabila terdapat keturunan Nabi yang tindak tuturnya kasar atau jauh dari perilaku yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Habib Luthfi juga melanjutkan bahwa mempelajadi Shirah (kisah) Nabi Muhammad SAW secara tuntas sangat diperlukan.

Melalui kisah tersebut, kita bisa mengambil Ibrah (pelajaran) untuk lebih meneladani sikap dan perilaku Rasulullah sebagai panutan, dan berusaha untuk sebisa mungkin mencontohnya.

Sumber: suaranasional

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan