Dalam opininya, Majalah Tempo menyebut buzzer di Indonesia kian menjadi ancaman serius bagi demokrasi yang tengah merosot di negeri ini.

Memanfaatkan ruang siber yang tanpa batas, para pendengung itu merekayasa informasi serta memanipulasi opini publik demi kepentingan penguasa.

“Berkedok kebebasan berekspresi, mereka tak segan mengumbar fitnah untuk menyerang balik pengkritik pemerintah,” tulis Tempo dikutip KBA News, Selasa, 27 Juni 2023.

Keresahan atas ulah dari buzzer juga dirasakan oleh mantan Komisaris Ancol Geisz Chalifah. Ia mengatakan, mereka sudah membuat polusi di media hingga mengacaukan demokrasi.

“Para BuzzerRp membuat polusi di media sosial dengan ribuan fitnah. Mereka menyebar hoax dengan sangat masif,” tulisnya di akun Twitter resminya @geisz_chalifah.

Mereka, kata dia, jelas ada yang memelihara dan dibayar. Motifnya salah satunya untuk menyerang lawan politik agar menggiring opini hingga dibenci oleh masyarakat.

Baca Juga:  Formula E Sepi dari Serangan Buzzer, Geisz Chalifah: Mereka Tak Dapat Order untuk Menjual Fitnah

“Tentu saja dibayar. (Ada bohir yg berselingkuh dgn kekuasaan). Secara finansial mereka digaji secara hukum mereka aman dan terlindungi,” jelasnya.

Namun, lanjut dia, kebenaran selalu menemui jalannya sendiri, bagi masyarakat yang berpikir, tak akan percaya dengan fitnah mereka.

“Maka ribuan fitnah akhirnya tertepis dgn fakta. Lalu ada banyak orang perlahan-lahan memahami yang senyatanya,” katanya.

Baca Juga:  Soal BuzzeRp Pendukung Jokowi, Rizal Ramli: Mereka Dipelihara oleh Kekuasaan

Salah satu tokoh publik saat ini yang sering diserang oleh buzzer tersebut adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Geisz Chalifah pun merasakan serangan bayaran tersebut.

Namun hebatnya, kata dia, mantan Rektor Universitas Paramadina itu tak pernah sekalipun melaporkan atau membalas buzzer tersebut. “Anies menjawab fitnah dengan kenyataan (di Jakarta),” ujarnya.

Sumber: kbanews

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan