Konser amal penggalangan dana untuk penanganan Covid-19 yang digelar beberapa waktu lalu tak henti-hentinya menjadi sorotan.
Setelah publik dibuat geleng-geleng kepala karena konser tersebut melanggar aturan physical distencing, pemenang lelang motor listrik bertanda tangan Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut juga melahirkan tanda tanya besar.
Pasalnya, pemenang lelang motor itu, Muhammad Nuh, justru dikabarkan telah meminta perlindungan Polres Kota Jambi karena ditagih pembayaran sebesar Rp 2,5 miliar. Menurut Kapolda Jambi, Irjen Firman Shantyabudi, M Nuh, tak paham dirinya menjadi pemenang lelang dan justru mengira dirinya mendapat hadiah.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai peristiwa konser amal itu membuat rakyat sakit perut karena harus menahan tawa.
“Rakyat menilainya ini sebuah peristiwa yang ngeri-ngeri sedap,” ungkapnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (22/5).
Menurut Ujang, jika konser amal itu dari awal niatnya baik, maka proses dan akhirannya pun akan berjalan baik.
Namun, jika niat ingin dilihat ‘wow’ oleh publik dan dipandang sebagai pahlawan bagi rakyat, maka yang justru muncul dan terjadi adalah peristiwa-peristiwa aneh dan lucu.
“Mungkin sudah skenario Tuhan, jalannya harus seperti itu. Lucu dan menggelikan,” pungkas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu.
Sumber: Rmol.id