Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla blak-blakan mengatakan eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah biang kerok dari perpecahan. Dia bahkan mengatakan Ahok adalah sosok yang sangat berbahaya mengancam persatuan di negara ini.
Hal ini disampaikan Jusuf Kalla ketika menceritakan keterlibatannya dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 silam. Ketika itu Jusuf Kalla berada di pihak Anies Baswedan yang menjadi rival Ahok. Bahkan Jusuf Kalla mengatakan, saat itu dirinya yang melobi Gerindra dan PKS untuk mendukung Anies Baswedan
“Pertama pada waktu itu, saya berpikir Ahok itu berbahaya karena selalu membikin orang bisa saling bertentangan dan susah terjadi persatuan,” kata Jusuf Kalla dalam sebuah wawancara dilansir Populis.id Rabu (17/5/2/23).
Menurut Jusuf Kalla, Ahok tidak bisa dibiarkan untuk tetap memimpin Jakarta. Dia kemudian menyodorkan Anies Baswedan sebagai Gubernur selanjutnya, sebab menurut dia eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu adalah yang paham betul mengenai persatuan dan masalah sosial.
“Oke jadi kita pilih pilihan lain, yang lebih memahami masalah-masalah masyarakat dan juga dapat jadi pemimpin yang wise. Kan berasa banget,” katanya.
Sejak mendukung Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Jusuf Kalla mengatakan dukungannya itu diberikan buat Anies pada Pilpres 2024 mendatang. Meski dirinya adalah politikus senior di Golkar, namun Jusuf Kalla mengaku mengapresiasi langkah NasDem yang menjadi partai politik pertama yang mengusung Anies Baswedan pada Pilpres mendatang.
“Kalau ini (Anies) yang mengusulkan karena partai yang pertama yang mengusulkan Nasdem, kita hormati keputusan-keputusan seperti itu. Bahwa saya sebagai warga negara mempunyai hak politik untuk mempunyai pilihan jawaban, bahwa saya mempunyai pilihan,” katanya.
Akan tetapi JK mengaku tidak bekerja seperti para politisi yang berada di lapangan. Seperti berpidato dan kerap melakukan manuver. JK menyebut menyerahkan semua proses Pilpres 2024 kepada masyarakat.
Sejauh ini, JK menyebut dirinya sudah kerap melakukan pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk dengan Prabowo Subianto. Sementara Ganjar Pranowo, diakuinya tidak dilakukan.
“Pak Ganjar kan karena di Jawa Tengah, jadi tidak banyak ketemu.” tuturnya.
Sumber: populis.id