IDTODAY.CO – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDIP, Effendi Simbolon, meminta prajurit TNI melaporkan kondisi lapangan secara jujur bukan hanya gimik kepada Presiden Joko Widodo. Effendi menyebut kondisi lapangan dinilai tidak mencukupi.

Pengamat militer, Khairul Fahmi, mengatakan bahwa militer memang seperti itu, bukan gimik.

“Saya kira itu bukan sekadar gimik. Militer memang begitu ya, mereka ditempa, digembleng dengan doktrin integritas, dedikasi, loyalitas dan jiwa korsa,” kata Khairul, kepada wartawan, Selasa (5/10).

Khairul mengatakan bahwa prajurit dibiasakan untuk bersikap dan bertindak sesuai pedoman.

“Sederhananya, ya begitulah kultur militer, sebuah organisasi yang dibangun di atas keteraturan, keseragaman, dengan rentang kendali dan hierarki yang ketat,” ujarnya.

Baca Juga:  Pengamat: Erick Thohir dan Luhut Perlu Layangkan Hak Jawab Tepis Tuduhan Miring Bisnis PCR

Khairul mengatakan bahwa jawaban prajurit dalam kegiatan seremonial tidak mungkin dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan. Menurutnya, hal yang konyol jika sikap prajurit seperti itu mendapat kritik.

“Justru konyol kalau seorang prajurit dikritik karena melakukan hal-hal seperti itu. Mau di negara paling demokratis sekali pun, tentaranya, ya tetap saja seperti itu. Lebih konyol lagi kalau jawaban prajurit dalam kegiatan seremonial seperti itu dipercaya begitu saja dan menjadikan jawaban macam itu sebagai acuan kebijakan,” ujarnya.

“Kenapa begitu? Tata sikap dan perilaku bukan hanya berlaku bagi prajurit atau bawahan, melainkan juga bagi pimpinan atau atasan. Dalam konteks yang dianggap sebagai gimik itu, ya pemimpin memang dituntut harus peka dan tanggap atas kondisi prajuritnya. Ada mekanisme reward and punishment, lazim digunakan untuk mengapresiasi,” lanjut Khairul.

Khairul mengatakan bahwa ada mekanisme dan ketentuan apabila prajurit ingin mengeluh atau menolak perintah.

“Apakah itu berarti tentara nggak boleh mengeluh? Nggak boleh menolak perintah atau memberi laporan saran, masukan? Tentu boleh. Tapi ada mekanisme dan ketentuannya juga. Dalam pelaksanaan baris berbaris misalnya, jika perintah salah, maka anggota tidak akan melakukan pergerakan hingga pimpinan memberikan perintah yang benar atau mengoreksi perintahnya,” ucapnya.

Baca Juga:  Ganjar Pranowo: Seperti Kata Pak Jokowi, Pembangunan Indonesia Harus Berorientasi Kepulauan

Kahirul menyebut hal itu sama seperti di hajatan partai politik. Menurutnya, kader pasti akan menjawab hal yang positif jika ditanya oleh pimpinan.

“Itu kan sama seperti di hajatan partai politik, setidaknya di Indonesia. Ketika kader ditanya oleh elite partainya, pasti jawabnya ‘siap menang!’. Padahal partai politik kan instrumen demokrasi. Faktanya dalam event seremonial, ya nggak kalah gimik dengan para prajurit tadi. Masak Pak Efendi nggak paham kenapa hal-hal macam itu dirasa perlu,” jelas Khairul.

Sumber: jitunews.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan