IDTODAY.CO – Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Demokrat, Achmad Nawawi menanggapi pernyataan Ketua Umum DPP PDIP , Megawati Soekarnoputri yang menyebut Jakarta menjadi kota yang pembangunannya amburadul. Sehingga tidak menyabet penghargaan Kota Mahasiswa atau City Of Intellectual .
Menurutnya, pernyataan Megawati wajar dan bernuansa politis. Akan tetapi, dia tetap tidak setuju jika Jakarta disebut sebagai kota yang pembangunannya amburadul.
“Sebenarnya pernyataan Ibu Mega wajar-wajar saja, soalnya itu kan pernyataan politik dia, tapi kan Jakarta tidak amburadul, ”kata Nawawi saat dihubungi, sebagaimana dikutip dari merdeka.com, Rabu (11/11).
Bila Megawati mengaitkan antara pembangunan Kota Jakarta amburadul dengan penghargaan Kota Mahasiswa, menurutnya kedua hal itu kurang tepat. Pasalnya, menurut Nawawi, Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis.
“Harus bahwa Aktual Jakarta itu kota bisnis bukan kota pelajar. Nah tapi bukan berarti semuanya terperosok, ”urainya.
Nawawi melanjutkan, walau di Jakarta tidak dibangun perguruan tinggi negeri sebesar Universitas Indonesia di Depok, namun kata dia, masih banyak universitas swasta yang tidak kalah bagus dengan UI.
kegagalan Jakarta jadi predikat kota mahasiswa tidak serta-merta memperbolehkan memberi label sebagai kota yang amburadul.
“Karena Jakarta tidak memenangkan penghargaan Kota Mahasiswa, lantas seolah-olah Jakarta amburadul? Tidak. Lagi pula, di Jakarta juga sudah banyak dibangun pendidikan tinggi swasta yang bagus,” ucap Nawawi.
Lebih lanjut, Nawawi mengatakan, Jakarta sudah banyak pencapaian yang diraih .”Salah satunya Sustainable Transport Award 2021,” urainya
Terkait hal tersebut, Nawawi berpendapat, jika Megawati merasa pembangunan di Jakarta kurang baik, mungkin yang dimaksud adalah pembangunan karakter warganya. Hal itu adalah suatu yang wajar. Pasalnya, DKI Jakarta merupakan Ibu Kota, di mana penduduknya sangat heterogen.
“Banyak sekali yang dicapai oleh Jakarta. Kalau misalnya ada kekurangan, di mana-mana juga ada. Jakarta ibukota negara yang penduduknya beraneka ragam, tidak mudah untuk mencapai semuanya,” urainya.
Kemudian, Nawawi mengatakan mental dan spiritual warga DKI Jakarta belum sepenuhnya terbangun, akibatnya menjadi sulit diatur. Kata Nawawi, idealnya, pembangunan suatu kota mestinya bukan hanya meliputi pembangunan fisik semata, tapi juga mental warganya.
“Contoh penanganan Covid-19. Memang kurang apa gubernur? Saya pikir yang dilakukan sudah luar biasa tapi kan masyarakat Jakarta susah (diatur). Beda dengan Bali, saat PSBB warganya patuh terhadap gubernur,” urainya.[merdeka/brz/nu]