Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menjelaskan alasan dirinya menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai petugas partai.

Alasannya, karena partainya yang mencalonkan pertama kali Presiden Jokowi untuk berlaga di Pilpres 2014.

Hal itu ia katakan saat memberikan sambutan dalam peresmian Kebun Raya Mangrove di Surabaya, Jawa Timur pada Rabu (26/7/2023).

“Orang itu jelas lho, kok saya yang di-bully. Tidak boleh menyebut kader petugas partai, saya bilang Pak Jokowi petugas partai hayo mau di-bully lagi, wong yang menyalonkan saya, yang lain ngikut,” kata Megawati.

Baca Juga:  MK Langkahi DPR Terkait Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Demokrat: Tatanan Bernegara di Era Jokowi Kacau

Presiden ke-5 RI itu mengatakan, dalam undang-undang diatur kalau pasangan capres dan cawapres itu diusung oleh partai politik (parpol) atau gabungan parpol.

“Untuk apa ada partai dong? Yaudah kita satu arah, semua sama, enggak boleh kader, enggak boleh petugas. Jadi ada aturan, pemerintah Republik Indonesia mesti begini. Lha yang namanya perundangan Republik Indonesia, baca kalian, bahwa yang namanya Presiden itu diusung oleh satu partai, atau dan beberapa partai,” sambungnya.

Menurut dia, setiap partai politik (parpol) itu memiliki otoritas masing-masing untuk menyebutkan istilah yang kadernya dicalonkan sebagai kepala daerah atau negara.

“Enggak boleh ngomong kader, enggak boleh ngomong petugas partai, saya bilang, bodo amat. Lho orang partai kita emangnya gitu, kok yang lain ikut mau nimbrung-nimbrung, intervensi, ya, enggak lah.”

“Kalau kamu mau ikut kita, ya, ikut aja, kamu bilang ini kader. Nanti memangnya kalau bukan kader, orang juga selalu ngomong gini, katakan ke Pak Eri (Wali Kota Surabaya), apakah bisa dia jadi wali kota, kalau tidak didukung oleh partai?” kata Megawati.

Baca Juga:  Pigai Ingatkan Demokrat: Hati-hati Jebakan PDIP, Mega Sudah Tiga Kali Tipu Prabowo, Mereka Munafik!

Ia mengaku tak peduli dengan omongan sejumlah pihak yang kerap mencibir dirinya ketika menyebut kadernya yang bertugas di eksekutif atau legislatif sebagai petugas partai.

“Kenapa yang lain enggak bikin aja, calon presiden lain? Gitu kan fair (adil), kalau mau demokrasi, ini enggak. Nungguin saja gitu.”

“Coba deh saya kepengen tahu, saya ngomong gini, entar koran-koran atau apa segala itu nge-bully atau enggak? Senang saya. Artinya apa? trap (perangkap) saya masuk,” kata Megawati.

Sumber: kompastv

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan