IDTODAY.CO – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin ikut merespon pernyataan mantan penasihat Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua yang mengaku bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara seperti Nabi Musa yang bertemu dengan Fir’aun.

Ngabalin menyebut bahwa perbedaan jauh antara Nabi Musa dan Hehamahua. Musa adalah Nabi, sementara Hehamahua, menurut Ngabalin adalah seorang yang ekstrimis dan radikalis.

“Nabi Musa merantau ke Madya, setelah 10 tahun kembali ke Mesir. Abdullah Hehamahua lari ke Malaysia setelah kembali ke Indonesia menyihir ummat menjadi radikal dan ekstrim,” tulis Ngabalin di Twitter-nya, Jumat (16/4).

Ngabalin menyindir Hehamahua bahwa, Nabi Musa membawa mukjizat sementara Hehamahua hanya seorang teroris.

“Nabi Musa kembali ke Mesir dengan Mukjizat sebagai Nabi, kamu kembali ke Indonesia sebagai”TERORIS” ngaca dong pa’tua,” kata Ngabalin.

Sebelumnya, diberitakan FIN, Abdullah Hehamahua mengisahkan dirinya yang tergabung dalam Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3), enam laskar Front Pembela Islam (FPI), saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.

Pertemuan itu guna membahas kematian penembakan 6 laskar FPI yang tewas tertembak Polisi. Pertemuan digelar pada 9 Maret 2021 lalu.

Dia mengatakan bahwa pertemuan itu seperti Nabi Musa yang mendatangi langsung di hadapan Fir’aun untuk menyampaikan kebenaran.

“Kami sepakat bahwa kita datang seperti Musa datang kepada Fir’aun,” kata Hehamahua.

Dia kemudian melanjutkan bahwa bukan berarti dirinya menganggap Jokowi adalah Fir’aun.

“Tidak berarti bahwa Jokowi itu Firaun, tetapi kita tempatkan posisinya penguasa seperti ketika Firaun jadi penguasa, dan kami seperti Musa yang mementingkan kepentingan rakyat untuk menegakkan keadilan,” jelasnya.

Pertemuan itu berjalan singkat. Masing-masing anggota TP3 hanya diberi waktu berbicara 3 menit.

Baca Juga: HRS Raih Gelar Doktor, Aziz Yanuar: Apresiasi yang Tinggi Kepada Bareskrim Polri

Sumber: fajar.co.id

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan