Usai pertemuan tertutup, tokoh perubahan, Rizal Ramli, bersama tokoh reformasi, Amien Rais, menyampaikan maklumat dan panggilan kepada rakyat Indonesia agar bersama-sama menghentikan pengkhianatan terhadap Mukadimah UUD 1945.

Sebelumnya, Rizal Ramli dan Amien Rais melakukan pertemuan tertutup selama sekitar 30 menit, di kediaman Jalan Bangka IX, Kemang, Jakarta Selatan, Minggu sore (13/8).

Kedua tokoh itu dikenal telah memiliki hubungan sejak lama, terutama dalam memperjuangkan demokrasi melawan otoritarianisme dan KKN Orde Baru.

Puncaknya adalah kejatuhan Orde Baru melalui gerakan reformasi yang tuntutan utamanya demokratisasi dan pemberantasan KKN, selanjutnya ditetapkan TAP MPR XI/1998.

Baca Juga:  Rizal Ramli: Sri Mulyani minta saran IMF, Indonesia bakal semakin hancur

Setelah 25 tahun reformasi berjalan, Rizal dan Amien Rais mengaku kecewa terhadap pengkhianat cita-cita reformasi.

“Jokowi yang tidak pernah berjuang untuk demokrasi, begitu berkuasa justru mempreteli demokrasi, memperlemah lembaga anti korupsi, dan membiarkan berkembangnya penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat untuk memperkaya keluarga dan kelompoknya secara ganas dan vulgar,” kata Rizal kepada wartawan, saat konferensi pers bersama Amien Rais, usai pertemuan.

Apalagi, kata Rizal, kini indeks demokrasi Indonesia semakin merosot, hak-hak rakyat terhadap kebutuhan dasar, pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya, semakin tidak terjangkau.

Bahkan 40 persen rakyat Indonesia masuk kategori miskin, hak-hak politik dan kebebasan rakyat untuk berpendapat juga ditindas.

“Tidak hanya melakukan influence trading untuk memperkaya keluarga, Jokowi juga membangun dinasti politik yang penuh nepotis dan tidak berprestasi,” tegas Rizal.

Rizal dan Amien sepakat memperjuangkan pelaksanaan cita-cita kemerdekaan Indonesia, dengan meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.

“Pemimpin-pemimpin yang bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan wajib dilawan dan dihentikan. Karena pengkhianatan terhadap tujuan kemerdekaan adalah bentuk lain dari neokolonialisme yang dikendalikan oligarki,” terang Rizal.

Karena, menurut Rizal, di dalam tujuan kemerdekaan, tugas pemimpin adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat, tidak ada kewajiban pemimpin untuk meningkatkan kekayaan dan memberikan dominasi kepada oligarki.

“Jokowi hanya tampangnya saja merakyat, namun hatinya untuk oligarki, bukan untuk rakyat,” pungkas Rizal.

Sumber: rmol.id

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan