Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengikuti dengan seksama dan serius perkembangan kasus Jiwasraya. Sampai-sampai, dia bikin artikel panjang soal ini. Dalam artikelnya, presiden keenam ini berpesan agar tidak ada upaya-upaya untuk menurunkan Presiden Jokowi.
Artikel SBY ini diberi judul “Penyelesaian Kasus Jiwasraya Akan Selamatkan Negara Dari Krisis Yang Lebih Besar”. SBY mengunggah artikel ini ke akun Facebooknya, kemarin.
Lewat artikel ini, SBY ingin menyampaikan bahwa Jiwasrayagate kudu dibongkar dengan terang benderang. Namun, dia meminta, jangan ada politisasi yang menyertai pembongkaran kasus gagal bayar perusahaan asuransi plat merah ini. Apalagi sampai ada gerakan ingin menurunkan Jokowi.
Di awal paragraf SBY mengaku tak menaruh perhatian saat kali pertama mendengar kasus ini mencuat. Namun, setelah tahu angka kerugian yang fantastis, Ketua Umum Partai Demokrat ini menilai, kasus Jiwasraya cukup serius.
SBY memastikan tak terusik saat Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan bahwa permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak 10 tahun. Bahkan, saat Kementerian BUMN secara eksplisit mengatakan bahwa masalah Jiwasraya bermula di 2006, dirinya juga tak merasa terganggu. Apalagi, di 2006, saat ia menjadi presiden, tak pernah dilapori telah terjadi krisis keuangan yang serius di Jiwasraya.
Namun, saat ada opini bahwa seolah tidak ada kesalahan pada masa pemerintahan sekarang, dan yang salah adalah pemerintahannya, SBY mulai gundah. “Apa yang terjadi? Kenapa isunya dibelokkan? Kenapa dengan cepat dan mudah menyalahkan pemerintahan saya lagi? Padahal, saya tahu bahwa krisis besar, atau jebolnya keuangan Jiwasraya ini terjadi 3 tahun terakhir,” ucapnya.
Saat ini, sambung SBY, krisis keuangan Jiwasraya telah menjadi pembicaraan dan perhatian rakyat Indonesia. Kegaduhan politik pun terjadi. Termasuk di kalangan parlemen. Rumor dan desas desus mulai berkembang. Menyasar ke sana ke mari. Fakta dan opini bercampur aduk.
SBY menyebut, awal Januari 2020, isu Jiwasraya makin ramai dibicarakan. Ditambah dengan isu Asabri. Bisik-bisik, sejumlah lembaga asuransi dan BUMN lain, konon juga memiliki permasalahan keuangan yang serius.
Di kalangan DPR mulai dibicarakan desakan untuk membentuk Pansus. Tujuannya agar kasus besar Jiwasraya bisa diselidiki dan diselesaikan secara tuntas. Bagi SBY, perkembangan ini menarik. Meskipun kemudian koalisi pendukung pemerintah lebih memilih Panja.
“Ketika saya gali lebih lanjut mengapa ada pihak yang semula ingin ada Pansus, Saya lebih terperanjat lagi. Alasannya sungguh membuat saya ‘geleng kepala’,” jelasnya.
Katanya, untuk menjatuhkan sejumlah tokoh. Ada yang “dibidik dan harus jatuh” dalam kasus Jiwasraya ini. Menteri BUMN yang lama, Rini Soemarno harus kena. Menteri yang seka rang Erick Thohir harus diganti. Menteri Keuangan Sri Mulyani harus bertanggung jawab. Presiden Jokowi juga harus dikaitkan,” tulis SBY.
Mendengar berita seperti ini, meskipun belum tentu benar dan akurat, SBY pun merasa harus punya sikap. SBY menegaskan, tak baik main “target-targetan”.
Kepada para kader Demokrat yang menjadi anggota DPR, SBY juga tegas melarang ikut-ikutan berpikir yang tidak benar itu. Termasuk gerakan jatuhkan Jokowi.
“Punya niat dan motif seperti itu, itu salah besar. Nama-nama yang sering disebut di arena publik, dan seolah pasti terlibat dan bersalah, belum tentu bersalah, termasuk tiga nama tadi. Secara pribadi saya mengenal Ibu Sri Mulyani, Ibu Rini dan Pak Erick sebagai sosok yang kompeten dan mau bekerja keras. Kalau tingkat presiden, sangat mungkin Pak Jokowi juga tidak mengetahui jika ada penyimpangan besar di tubuh Jiwasraya itu. Prinsipnya, jangan memvonis siapapun sebagai bersalah, sebelum secara hukum memang terbukti bersalah,” imbau SBY.
Dia pun teringat peristiwa politik sepuluh tahun yang lalu. Pascapemilu 2009, dunia politik digaduhkan oleh isu “bail-out” Bank Century. Berbulan-bulan politik kita tidak stabil. Sama seperti sekarang ini, nampaknya ada yang dibidik dan hendak dijatuhkan. Ia mengaku sangat tahu bahwa yang harus jatuh adalah Sri Mulyani dan juga Boediono. Jika bisa, SBY juga diseret dan dilengserkan. Memang cukup seram.
Namun, ia tetap tenang. Ia juga tak takut dengan dibentuknya Pansus. Dia tak pernah menghalanginya. Padahal koalisi pendukung pemerintah cukup kuat waktu itu.
“Mengapa saya tak takut dengan Pansus Bank Century? Saya memegang fakta dan kebenaran mengapa dilakukan “bail-out” pada Bank Century,” ujarnya.
Partner Sindikasi Konten: Rakyat Merdeka