IDTODAY.CO – Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Republik Indonesia mulai fokus memperhatikan pergerakan harga minyak dunia yang anjlok kisaran 22%. Penurunan ini berpotensi memberikan dampak besar bagi perekonomian nasional, terutama sektor penerimaan negara.
“Dinamika harga minyak dan pasar minyak dunia, ini juga salah satu hal yang harus kita perhatikan sangat serius. Kegagalan persetujuan antara dua produsen minyak terbesar dunia, antara Saudi dan Rusia untuk mengurangi produksi,” demikian pernyataan Sri Mulyani seperti dilansir Detik.com Maret 9, 2020.
Anjloknya Harga minyak mentah dunia mencapat 22% ke level US$ 30 per barel karena dipicu oleh strategi Arab Saudi untuk membanjiri pasar dengan minyak mentah demi merebut kembali pangsa pasar. Pada Minggu malam Arab Saudi mengejutkan pasar dengan meluncurkan perang harga terhadap Rusia.
Sri Mulyani mengatakan bahwa penurunan harga minyak mentah dunia juga diakibatkan turunnya permintaan seiring dengan merebaknya virus corona (Covid-19). Apalagi penurunan harga ini menjadikan sebuah perang harga antar negara produsen. Demikian itu, memaksa Sri Mulyani serius memantau pergerakan harga minyak mentah dunia ini.
“Namun yang mungkin sangat cukup mengagetkan adalah dari Saudi kemudian membuat suatu langkah yang jauh lebih bold, yaitu dengan memberikan discount harga minyak yang lebih dalam lagi, sehingga ini menjadi perang harga,” ujarnya.
Sri Mulyani mengungkapkan penurunan harga minyak dunia akan berdampak besar bagi pasar keuangan. Penurunan itu bisa mengakibatkan tambahan sentimen negatif bagi investor.
Positifnya, lanjut Sri Mulyani, penurunan harga minyak menjadi berkah bagi PT Pertamina (Persero) dikarenakan beban impornya menjadi lebih rendah.
“Tentu akan lihat dari berbagai aspek, kalau selama ini impor minyak kita cukup besar, berarti penurunan harga minyak ini jadi salah satu yang bisa memberikan Pertamina menurunkan beban untuk mengimpornya. Itu saya harap nanti akan terlihat dalam neraca Pertamina,” ujarnya.
Mengenai dampak kepada APBN, Sri Mulyani mengaku akan meneliti lebih jauh lagi. walaupun penerimaan negara menjadi sektor yang paling rentan terdampak serius.
“Meski sekarang nilai tukar makin mendekat ke nilai asumsi, tapi dari sisi harga dan produksi pasti jauh di bawah APBN. Kita lihat nanti pengaruhnya terhadap APBN dalam setahun ini nanti dan sekaligus untuk membuat proyeksi 2021,” ungkapnya.
Editor: Bahrur Rozy