Penyebab Perang Palestina vs Israel Pecah, Pengamat Beberkan Faktor-faktor Kemarahan Kelompok Hamas

Penyebab Perang Palestina vs Israel Pecah, Pengamat Beberkan Faktor-faktor Kemarahan Kelompok Hamas ( Foto: Ap photo)

Konflik antara Palestina dan Israel kembali meruncing hingga jual beli serangan terjadi antara kedua negara yang tengah berkonflik tersebut.

Hal ini dipicu oleh serangan kelompok Hamas terhadap Israel dengan meluncurkan roket di dekat Jalur Gaza, pada Sabtu (7/10/2023) pagi waktu setempat.

Tak mau kalah, Israel melakukan serangan balik terhadap Palestina lebih tepatnya menyerang Jalur Gaza sehingga ratusan korban berjatuhan.

Serangan itu menyebabkan 250 warga Palestina di Jalur Gaza tewas dan 1.778 lainnya terluka.

Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Abdul Muta’ali mebeberkan faktor pecahnya perang antara Hamas dan Israel.

Menurutnya berdasarkan rilis resmi yang dipublikasikan oleh otoritas Palestina, eskalasi Israel dan Palestina ini pecah diakibatkan beberapa faktor.

“Serangan Hamas yang disebut dengan Badai Al Aqsa ini adalah respons Hamas terhadap ketidakadilan. Dari sekian pemimpin dunia pada September 2023 kemarin yang berbicara terkait Palestina itu hanya beberapa negara termasuk di antaranya Indonesia, yang lain bungkam,” katanya kepada tvOne beberapa waktu lalu.

Faktor lain menurut Abdul yang menyebabkan pecah konflik adalah perdamaian yang dibangun oleh masyarakat internasonal terkait konflik Israel-Palestina agar bisa berhenti terus digagalkan oleh Israel.

“Pada saat yang bersamaan, pendudukan ilegal yang dilakukan pemerintah Israel terus berlangsung (di wilayah konflik),” katanya.

Kemudian faktor berikutnya adalah ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap warga di sekitar wilayah selatan Palestina.

Lebih lanjut Abdul mengatakan sejak Jalur Gaza diblokade Israel pada 2007 sampai hari ini sudah ada warga sipil Palestina 7000 lebih warga Palestina yang meninggal dunia.

“Kalau dihitung dari 2008 sudah ada 6.407 warga Palestina yang meninggal. Sementara Israel sejak blokade Gaza 2007 sampai hari ini baru 308 jiwa,” ungkapnya.

Dari 6.407 jiwa masyarakat Palestina yang tewas, 80 persennya merupakan warga sipil.

“Sebaliknya dari 308 jiwa yang tewas dari pihak Israel, 90 persennya adalah tentara,” tambahnya.

Sementara pengamat politik Timur Tengah Hasibullah Satrawi mengatakan serangan Hamas terhadap Israel dilatarbelakangi tiga faktor.

Pertama, pembiaran terhadap eskalasi kekerasan ataupun hal-hal yang berkaitan dengan yang selama ini sering terjadi di dua negara tersebut.

“Seperti disampaikan salah satu elit Hamas yang mengatakan dengan jelas, bahwa operasi dilakukan untuk memberikan batasan kepada Israel terkait dengan pelanggaran-pelanggaran di wilayah-wilayah yang disucikan,” katanya kepada tvOne, Minggu (8/10/2023).

Baca Juga:  Hamas Sebut Tuduhan EU tentang "Tameng Manusia" Cuma Kedok untuk Israel

Selama ini banyak peristiwa yang berkaitan dengan fenomena esktremisme, bukan hanya dari kedua belah pihak negara berkonflik namun terjadi secara umum.

“Kemudian yang kedua, dengan serangan seperti ini, mau tidak mau sekarang dunia bicara kekuatan yang meningkat yang dimiliki Hamas,” katanya.

“Bayangkan operasi ini melibatkan ribuan roket dan kemudian pasukan, jadi ini pasti terorganisir. Orang akan bertanya, ini kelompok (Hamas) sedang terisolir secara total, bertahun-tahun tidak diberikan akses secara wajar, kok bisa memiliki peningkatan (militer) signifikan seperti ini,” tuturnya.

Diakui atau ini kata Hasibullah, ada faktor peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan di Jalur Gaza, Palestina.

Kemudian faktor ketiga, Hasibullah melihat ada kaitannya dengan faktor internal Israel yang mengalami krisis internal.

“Saya menduga kuat terjadi krisis internal di Israel,” tambahnya.

Faktor internal ini ditunjukkan dari serangan Hamas yang membombardir Israel dengan mudahnya.

Baca Juga:  10 Produk Israel Ini Banyak Dipakai Masyarakat Indonesia, Banyak Mainan Anak

“Serangan ini seakan-akan Israel yang selama ini digambarkan memiliki kecanggihan senjata, dengan pasukan yang luar biasa, sistem pertahanan luar biasa, bahkan pagar yang luar biasa, ini tiba-tiba bobol dan seakan-akan dengan mudahnya oleh Hamas,” ungkapnya.

Kemudian internal Israel juga digoyah dengan krisis reformasi kehakiman yang melibatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Netanyahu dianggap sebagai salah satu tokoh di Israel dari isu korupsi untuk menyelamatkan diri dengan mereformasi kehakiman sehingga menimbulkan gejolak yang luar biasa di internal Israel,” ujarnya.

Ketiga faktor inilah kemudian yang dimanfaatkan Hamas untuk membombardir Israel sehingga mengejutkan banyak pihak.

Hamas memanfaatkan kelemahan Israel yang tengah diguncang berbagai masalah.

Lebih lanjut Hasibullah menyampaikan dengan kekuatan militer Hamas yang luar biasa ini, menunjukkan bahwa Hamas tidak sendirian, ada kelompok-kelompok yang konsisten mendukung Hamas.

“Teknologi persenjataan yang dimiliki Hamas hari ini yang mengejutkan itu, sebenarnya bisa dibaca dari perkembangan teknologi persenjataan secara umum yang berkembang di kawasan atau pihak-pihak negara yang selama ini diduga kuat berada di balik dukungan Hamas,” kata Hasibullah.

Sumber: tvonenews.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan