Mantap, DKI Jakarta Lakukan Tes Covid-19 Empat Kali Lipat Standar WHO

Petugas PPSU Bukit Duri menyelesaikan mural tentang peringatan menjaga protokol kesehatan mengantisipasi virus Covid-19 di kawasan Jalan Jl. KH. Abdullah Syafei, Jakarta Selatan, Selasa, 11 Agustus 2020. (Foto: Beritasatu Photo / Joanito De Saojoao)

IDTODAY.CO – Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan bahwa pihaknya sangat serius dalam penanganan covid 19. Hal itu terbukti dengan semakin ditingkatkannya kapasitas 3T, yakni testing, tracing dan treatment (pengetesan, pelacakan dan pengendalian) sebagai bentuk pencegahan.

Menurutnya, DKI Jakarta telah melampaui 4 kali lipat dari standar testing yang ditetapkan WHO, yakni 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu.

DKI dalam sepekan terakhir, telah melakukan testing sebanyak 46.360 atau 4 kali lipat dari standar WHO. Padahal apabila mengacu standar WHO, DKI harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu atau 1.521 orang per hari. Sementara

“Kami memang lebih baik memperbanyak testing supaya bisa menyelesaikan masalah. Menyelesaikan masalah kan harus mengidentifikasi masalah. Itu solusi dengan testing,” ujar Ariza sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com, Rabu (12/8/2020).

“Saya tidak heran, jumlah kasus positif di Jakarta terutama pada masa PSBB transisi lebih banyak karena meningkatnya testing. Yang perlu dicermati adalah angka positivity rate di Jakarta yang tidak jauh dari standar ideal dari WHO. Standar ideal positivity rate WHO adalah 5 persen. Sementara, angka positivity rate DKI Jakarta dari awal Maret 2020 sampai sekarang sebesar 5,7 persen. Meskipun, dalam sepekan terakhir, angka positivity rate-nya mengalami kenaikan menjadi 8,3 persen,” terangnya.

Baca Juga:  Menteri Tito Karnavian Puji Anies Terkait Realokasi Anggaran untuk Corona

Kalau testing diperbanyak, kata Ariza, memang angka penyebarannya kelihatan. Kemudian akan segera dilakukan penanganan. Sedangkan, bagi yang tanpa gejala atau gejala ringan, lakukan isolasi mandiri dan yang bergejala berat atau orang-orang yang rentan, dirawat di rumah sakit rujukan.

“Terkait kapasitas testing, DKI Jakarta saat ini sudah memiliki 54 jejaring laboratorium dengan kapasitas testing 10.917 sampel. Pemeriksaan gratis dilakukan terhadap 5.020 atau 45,98 persen sampel di laboratorium pemerintah dan pemeriksaan berbayar dilakukan terhadap 5.897 atau 54,02 persen sampel di laboratorium swasta,” urainya.

Dari 54 laboratorium tersebut terdiri dari 17 laboratorium pemerintah pusat dengan kapasitas pemeriksaan 2.660 sampel, 7 laboratorium Pemprov DKI (4 laboratorium dan tiga laboratorium container) dengan kapasitas pemeriksaan 2.360 sampel, 29 laboratorium swasta dengan kapasitas pemeriksaan 4.917 sampel dan 4 laboratorium BUMN dengan kapasitas pemeriksaan 980 sampel.

Lebih lanjut, hariza menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta senantiasa meningkatkan tracing. Gambarannya, jika pada awal-awal pandemi Covid-19, mereka hanya melakukan passive case finding di mana kasus Covid-19 ditemukan karena orang bergejala mendatangi fasilitas kesehatan atau rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan testing. Namun, mulai Juni 2020, DKI lebih pro aktif dengan melakukan active case finding atau mencari dan menemukan orang yang terpapar Covid-19 karena telah melakukan interaksi dengan orang konfirmasi Covid-19.

“Dengan active case finding ini, kita bisa menemukan lebih banyak kasus untuk segera ditangani sehingga tidak terjadi penularan yang lebih besar lagi. Apalagi kurang lebih 60 persen lebih yang ditemukan orang tanpa gejala,” ucap Ariza.

Baca Juga:  Anies Ungkap Ada Guru Yang Tidak Bisa Digantikan Oleh Teknologi

Lebih lanjut,  Ariza menjelaskan sedang meningkatkan kemampuan treatment atau pengendalian khususnya terkait dengan kesiapan fasilitas kesehatan dalam menangani kasus Covid-19. Dia menegaskan, meskipun belakangan ini terjadi peningkatan jumlah orang yang memanfaatkan fasilitas kesehatan, kapasitas dan fasilitas rumah sakit cukup memadai untuk menangani kasus Covid-19.

“Saat ini, terdapat 67 rumah sakit rujukan di DKI Jakarta dengan jumlah tempat tidur isolasi sebanyak 4.800 lebih dan 600 lebih ICU. “Tidak overload. Kapasitas (rumah sakit) kami lebih dari cukup. Memang ada peningkatan dari 45 menjadi 55 persen (tingkat keterisian), tapi masih mencukupi. Jadi tidak ada pasien yang terbengkalai,” tandas Ariza.[beritasatu/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan