Keras! Demokrat Tuding Jokowi Cetak Rekor Utang Tertinggi Dan Penyebab Anjloknya Ekonomi

Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik, Foto: ayojalanterus.com

IDTODAY.CO – Sebagaimana telah diketahui bahwa utang luar negeri Indonesia per akhir Januari 2020 membengkak menjadi US$410,8 miliar. Jika dirupiahkan, utang tersebut tembus Rp6.115,6 triliun (Kurs Rp14.887 per dolar AS).

Data Bank Indonesia, utang tersebut dihimpun oleh sektor swasta, termasuk BUMN sebesar US$203 miliar. Selain itu, utang juga berasal dari pemerintah dan bank sentral sebesar US$207,8 miliar.

Utang Indonesia dipastikan akan terus melonjak. Sebab, pemerintah baru saja menerbitkan obligasi global atau surat utang global dengan nilai US$ 4,3 miliar atau Rp 68,8 triliun (kurs Rp 16.000) dengan tenor 50 tahun.

Fakta inilah yang membuat Wasekjen Partai Demokrat, Rachland Nashidik mengkritik Jokowi yang pernah menjadi sosok anti-utang, tapi sekarang malah menumpuk utang.

“Tidak ada yang bilang negara tak boleh berutang. Yang berjanji tak bakal berutang kalau menang, nyatanya bikin utang jauh lebih banyak, ada!,” sindir Rachland.

Ia juga mengunggah video Jokowi saat diwawancarai terkait dengan rencana menerbitkan obligasi atau surat utang. Saat itu, Jokowi menolak berutang.

Baca Juga:  Beri Sambutan KTT ASEAN-PBB, Jokowi: Cegah Kekerasan Atas Alasan Apapun

“Wong duitnya aja banyak, ngapain harus ngutang-ngutang? Saya gak tahu obligasi untuk apa gak ngerti, saya belum ngerti itu. Tapi silpa (sisa lebih pengguna anggaran) kita aja Rp6 triliun. Ini nanti bisa kejadian lagi tahun ini, (silpa) 6-7 triliun. Nah kenapa harus pakai obligasi obligasian,” kata Jokowi dalam video tersebut.

Rachland mengatakahn, bahwa Jokowi membuat pertumbuhan ekonomi anjlok dan mencetak utang tertinggi. “Pak Jokowi versi anti-utang ini dulu Anda pilih sebagai Presiden. Setelah terpilih, ia justru mencetak rekor presiden dengan utang tertinggi. Dan orang di belakang anjloknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia kini memerangi pandemi dengan anggaran yang lebih berat pada ekonomi,” tandas Rachland.[aks]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan