Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengungkapkan elektabilitas bakal capres Ganjar Pranowo turun untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir. Kini, elektabilitas Ganjar di angka 31,9 persen, yakni di nomor urut kedua setelah Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
“Sejak Mei 2022, elektabilitas Ganjar cenderung naik dari serial survei LSI Denny JA. Pada Mei 2022, elektabilitas Ganjar masih di bawah Prabowo di angka 27,9 persen. Kemudian cenderung naik hingga puncaknya pada Januari 2023 dengan elektabilitas sebesar 37,8 persen. Di Mei 2023, setahun kemudian, elektabilitas Ganjar turun di angka sebesar 31,9 persen,” ujar Adjie saat memaparkan rilis survei di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Jumat (19/5/2023).
Adjie mengungkapkan tiga alasannya. Alasan pertama elektabilitas tersebut menurun ialah karena efek negatif pernyataan Ganjar yang menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20.
“Pertama, efek negatif batalnya Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20. Batalnya Indonesia sebagai tuan rumah memang bukan keputusan Ganjar, namun keputusan dari FIFA. Namun, pernyataan Ganjar yang ikut menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 dianggap sebagai salah satu faktor penyebab batalnya Indonesia sebagai tuan rumah,” terang Adjie.
Adjie mengatakan sebanyak 72 persen responden mengaku kecewa karena Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ganjar, katanya, dinilai sebagai orang yang paling disalahkan atas hal itu.
“Survei menunjukan bahwa 72 persen publik menyatakan kecewa gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah. Dari mereka yang menyatakan kecewa, Ganjar Pranowo dianggap sebagai orang yang paling disalahkan atas gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah,” ungkap Adjie.
Alasan kedua, kata Adjie, karena Ganjar dianggap bukan tipe pemimpin yang kuat. “Status Ganjar yang dideklarasikan dan dibincangkan publik sebagai ‘petugas partai’ melemahkan persepsi personal Ganjar. Ganjar dinilai sebagai pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri, karena harus berkonsultasi atau direstui dulu setiap keputusannya oleh ketum partainya. Bahkan dalam FGD LSI Denny JA, ada yang menyatakan bahwa Ganjar hanyalah ‘calon boneka’,” ujarnya.