Rakyat di berbagai daerah menyuarakan people power termasuk para dokter dan tenaga kesehatan yang turun ke jalan menunjukkan situasi negara makin memburuk.

“Tuntutan People Power terus menggema, masyarakat sudah mengetahui situasi makin memburuk, keadaan mulai rusak dan membusuk, berbahaya untuk kehidupan yang damai dan berkeadilan,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (15/6/2023).

Kata Sutoyo, keadaan yang makin memburuk tidak bisa hanya dilawan hanya dengan narasi semangat harapan. Harus dihadapi dengan tindakan cepat dan realistis. “Keadaan harus dengan tindakan riil, akan menunjukkan kekuatannya sebagai pejuang yang termotivasi mampu bergerak dan menurunkan mental penguasa,” paparnya.

Datang dan munculnya gerakan masih mencari bentuknya. Ragu-ragu bertindak sama artinya sedang masuk dalam kondisi yang fatal. Seruan People Power bisa menjadi imun, rezim tetap besar kepala karena meyakini People Power tidak akan terjadi

“Tanpa perlawanan akan sama sedang menyamarkan diri karena ketakutan, itu petunjuk perjuangan akan jalan di tempat. Tanpa riil melakukan perlawanan tidak akan pernah mendapatkan kemenangan dan perdamaian,” tegas Sutoyo.

Keadaan akan bisa berbalik arah, penguasa zalim akan membunuh kita ketika mereka menemukan momentumnya.

Tokoh sepuh dari Jogjakarta Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. memberikan secercah saran : “melihat kondisi sekarang menurut hemat saya sangat dibutuhkan People Power (PP) untuk stop keberingasan rezim yang semakin menyengsarakan rakyat. Untuk gerakkan PP ada 4 syarat utama, (1) ada sejumlah issue penting yang menyangkut hajat rakyat dan bangsa, (2) ada pimpinan PP yang handal, (3) ada dukungan dana cukup, di samping dukungan setiap warga, dan (4) time frame (akumulasi) gerakan pendudukan kantor strategis (Istana dan Senayan / gedung MPR/DPR/DPD, sebagai simbol perlawanan.

Sedangkan dari tokoh dan aktifis kampus, Managing Director · Political Economy and Policy Studies (PEPS) Prof. Anthony Budiawan: “Minta pendapat mereka bagaimana kondisi negara saat ini menurut mahasiswa. Kalau mereka berpendapat masih normal saja, maka tidak akan ada gerakan atau protes masif”

Prof. Rizal Ramli: “Saat ini kita butuh pemimpin yang berani, sikap yang tegas dengan segala konsekuensi dan resikonya. Sudah tidak waktunya lagi bicara soal teori ini itu, saat berdialog yang lebih riil riil selesaikan Jokowi. Perubahan bukan karena kita ingin perubahan tetapi kondisi objektif yang memaksa harus terjadinya perubahan. Saat ini kondisi objektif sudah matang untuk terjadinya perubahan”.

Baca Juga:  Kajian Politik Merah Putih: Pernyataan Rocky Gerung tak Ada Penghinaan ke Presiden Jokowi

Sumber: suaranasional

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan