Tak Mau Ulang Kesalahan Pilgub 2017, Denny Indrayana Sebut Jokowi Ingin Eliminasi Anies Secepat Mungkin

Kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lalu disebut-sebut sebagai salah satu kesalahan yang pernah dibuat oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Mengutip kanal YouTube Refly Harun pada Kamis (18/5/2023), pakar politik dan hukum Denny Indrayana menjelaskan bahwa Jokowi tidak ingin mengulangi kesalahan ketika dirinya membiarkan Anies Baswedan menang Pilgub 2017. Dengan demikian, Denny Indrayana menyebut kalau Jokowi ingin mengeliminasi Anies Baswedan secepatnya.

“Di 2024, suara kelompok Islam itu akan dipecah jadi 3 kalau Anies bisa ikut Pilpres. Suara kelompok Islam ini ada di Anies sendiri, kemudian ada suara Islam di Prabowo yang mengidentifikasi sebagai perwakilan Islam di Pilpres 2019 dengan Sandi (Sandiaga Uno) dan suara Sandi akan ditaruh di perwakilan Ganjar,” ungkap Denny Indrayana.

Baca Juga:  Direktur Eksekutif Indopol: Anies Unggul di Sumatera, Banten, DKI, Sulawesi, Maluku, Papua dan Kalimantan

“Akan dipecah jadi 3 suara kelompok Islam, satu yang merupakan basis juga untuk Anies Baswedan. Itu juga kalau Anies bisa masuk ke dalam pertarungan capres 2024. Tapi, lagi-lagi itu beresiko sehingga ada gerakan untuk mengeliminasi Anies se-awal mungkin,” lanjut Denny Indrayana.

Itulah sebabnya, menurut Denny Indrayana, Jokowi meminta orang-orang macam Erick Thohir dan Sandiaga Uno untuk mengambil suara pendukung Islam. Erick Thohir diketahui menjadi donatur Partai Amanat Nasional (PAN) yang basis Muslimnya cukup kuat.

Baca Juga:  Said Aqil Dukung AMIN: Nahdliyin Tahu Mana Santri dan yang Bukan

Sementara itu, Denny Indrayana menjelaskan kalau Sandiaga Uno dialihkan ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Santer diberitakan bahwa mantan kader Partai Gerindra ini gabung partai berbasis Islam ini dan nantinya akan diarahkan menjadi cawapres Ganjar Pranowo dari PDI Perjuangan (PDIP).

“Sandi sekarang kita sama-sama tahu gerakannya kepada PPP. Dengan membawa PPP yang berwarna Islam dan Pilpres 2019 yang memang basisnya adalah soal-soal kelompok Islam, maka itu diharap bisa melengkapi kondisi PDIP dan PPP,” katanya.

Cerita serupa namun tidak sama juga dimiliki Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra ini awalnya siap berdeklarasi capres-cawapres bersama dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar.

Namun, diduga ada kesalahpahaman yang membuat Prabowo Subianto justru lebih condong ke arah Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.

“Itu sebabnya setelah pencapresan Ganjar oleh Bu Mega, pada hari lebaran pertama kita melihat pertemuan Jokowi dan Prabowo, dan hari lebaran kedua yang ditemui adalah Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto. Kita lihat sekarang pernyataan-pernyataan Golkar yang sudah satu Frekuensi dengan Gerindra,” kata Denny Indrayana.

Sumber: kontenjatim.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Scroll to Top