Anies-Muhaimin Mau Tekan Rasio Utang jadi 30%, Begini Caranya Biar Tercapai

Anies-Muhaimin Mau Tekan Rasio Utang jadi 30%, Begini Caranya Biar Tercapai ( Foto: Andhika Prasetia )

Salah satu target ekonomi calon pasangan presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) adalah menekan rasio utang menjadi 30% di tahun 2029. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan fiskal.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai target tersebut bisa direalisasikan apabila terjadinya peningkatan pajak. Memang, peningkatan rasio pajak juga diusung dalam target ekonomi paslon tersebut, yakni sebesar 13%.

Namun, target rasio pajak dinilai tidak rasional oleh Tauhid. Menurutnya, saat ini sumber-sumber baru penerimaan pajak tidak bertambah dengan banyak. Sebab itu, untuk menaikkan rasio pajak menjadi 13% termasuk berat dilakukan.

“Di sisi lain memang ada salah satu target visi misinya Pak Anies ada peningkatan pajak 13% itu bisa bisa dilakukan tetapi menurut saya terlalu tinggi dengan peningkatan rasio pajak saat ini 10,5% menjadi 13% itu menjadi tidak rasional,” kata Tauhid kepada detikcom, Senin (23/10/2023).

Kemudian, dia bilang, perlunya penghematan belanja dan penundaan untuk melunasi utang.

“Jadi ditahan untuk dibayarkan di jangka menengah. Misalnya untuk dibayarkan sekarang Rp 400-500 triliun ditunda, jadi 5 tahun lagi atau 6 tahun lagi dan berikutnya sehingga ada sumber pembiayaan untuk belanja,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira. Dia menilai target tersebut bisa tercapai, tapi dengan menekan penghematan belanja negara, termasuk belanja operasional, belanja infrastruktur, belanja pegawai, dan belanja barang.

Di sisi lain, dia menyebut harus ada peningkatan rasio pajak menjadi 15% agar rasio utang menjadi lebih rendah. Sehingga mau tidak mau, harus mengejar pajak kekayaan (wealth tax), pajak karbon hingga pajak windfall profit perusahaan komoditas.

“Opsi lainnya adalah melakukan renegosiasi utang secara bertahap dimulai dari mendorong negara maju menghapus sebagian pokok dan bunga utang. Bisa dalam bentuk debt cancellation hingga debt swap,” imbuhnya.

Baca Juga:  Luar Biasa, Ekonomi DKI Tumbuh 5,89%, Kemiskinan Terendah se Indonesia

Apalagi saat ini banyak isu transisi energi dalam kerja sama Internasional. Pemerintah ke depan, lanjut dia, bisa mengurangi beban utang, misalnya dengan skema pertukaran pensiun dini PLTU batubara. Asal ada kreativitas dan keberanian, bisa saja rasio utang turun di akhir 2029.

Namun, muncul pertanyaan lain dalam benak Bhima. Siapa calon Menteri Keuangan yang mampu menurunkan target rasio utang tersebut?

“Pastinya tekanan dari lembaga rating dan kreditur juga tinggi sekali,” jelasnya.

Sumber: detik.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan