Disambut Baik Budayawan dan Masyarakat Adat, Anies Bakal Menang di Banyumas

Ribuan massa di Makassar menyambut Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Foto: Instagram Anies Baswedan)

Kunjungan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) ke sejumlah daerah di Banyumas Raya pada awal pekan ini menunjukkan pasangan capres-cawapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) itu diterima seluruh lapisan masyarakat. Selain diterima antusias kalangan pesantren, Anies, baik sendiri maupun bersama Muhaimin, juga disambut dengan baik oleh kelompok budayawan, termasuk masyarakat adat.

Misalnya bertemu penerjemah Babad Banyumas Nassirun Purwokartun di Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen; bertemu kalangan budayawan di kediaman novelis kenamaan Ahmad Tohari di Desa Tinggarjaya, Jatilawang; dan berkunjung ke masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Jatilawang. Semuanya menyambut dengan senang bahkan mendoakan agar pasangan AMIN terpilih pada Pilpres 2024 ini.

“(Anies) tidak hanya diterima kalangan PKS, NasDem. Tapi seluruh masyarakat. Karena masyarakat Banyumas semakin terbuka, tidak lagi fanatik seperti zaman dulu,” jelas pemerhati budaya, Dr. Wakhudin, M.Pd, kepada KBA News kemarin, Jumat, 6 Oktoer 2023.

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas ini menjelaskan meski bagian dari Jawa Tengah, masyarakat Banyumas memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan Jawa Tengah pada umumnya. Dari segi bahasanya misalnya, yang disebut dengan Bahasa Jawa Banyumasan atau Bahasa Ngapak, pengucapannya dengan gaya Bahasa Sunda. Huruf vokal “o” menjadi huruf “a”. Kata yang berakhiran dengan huruf konsonan seperti “k” dilafalkan dengan jelas.

Baca Juga:  Polling Akbar Faisal, Anies Baswedan Menang Telak dari Ganjar dan Prabowo

“Pak Anies sempat mempraktikkan (Bahasa Ngapak) juga, ‘inyong seneng banget neng kene’. Karena dia pernah KKN di Kracak-Ajibarang,” jelas Wakhudin menyinggung sambutan yang disampaikan Anies saat berkunjung ke Pesantren Modern ZIIZ, Cilongok dan Pesantren Darussalam, Purwokerto dalam rangkaian lawatannya tersebut.

Kedua, masyarakat Banyumas memiliki kultur, psikologi, dan karakter yang berbeda. Warga Banyumas Raya pada umumnya terkenal dengan lugu, loyal, bahkan fanatik. Sehingga kalau sudah suka pada seseorang, sangat sukar untuk mengubah sikapnya.

“Dulu kan terkenal orang Jawa jadi pembantu rumah tangga di Jakarta dan kota-kota besar. Kalau orang punya pembantu berasal dari Banyumas, biasanya itu loyal sekali. Tapi menunjukkan fanatisme juga. Sekali percaya kepada seseorang, itu percaya sampai titik darah penghabisan. Sekali jatuh cinta pada PDIP misalnya, makanya ‘pendeng gepeng ajeg banteng’. Mau tertekan sekalipun masyarakat Banyuwangi tetap bertahan,” ungkapnya.

Karena itulah dia memuji Anies yang berhasil mendobrak kekakuan masyarakat Banyumas tersebut. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu diterima kalangan NU (Islam tradisionalis), abangan (Islam minimalis), bahkan termasuk masyarakat adat dari kelompok penghayat kepercayaan seperti Bonokeling.

“Jadi menurut saya Anies mampu merangkul seluruh kelompok umat Islam, aliran kepercayaan, bahkan umat agama lain. Anies mampu menyatukan seluruh komponen anak bangsa yang selama ini keras, dalam arti tidak mudah dimasuki orang lain. Seperti wilayah-wilayah nasionalis dan Bonokeling. Bonokeling ini masuk kategori aliran kepercayaan. Meskipun ada irisan keislamannya,” ucapnya.

“Masyarakat NU Jawa Tengah khususnya Banyumas dibandingkan NU Jawa Timur juga punya karakter yang sedikit berbeda. Fanatiknya sama. Tapi ada ciri khas yang tidak mudah dimasuki oleh kelompok lain. Tapi berhasil dimasuki (Anies). Strategi merangkul Cak Imin ini memang luar biasa,” sambungnya.

Lebih jauh dia menjelaskan penerimaan masyarakat Banyumas Raya terhadap Anies tidak lepas dari keberhasilannya memimpin DKI Jakarta. Karena masyarakat juga melek informasi sehingga mengetahui berbagai terobosannya selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Apalagi Anies terbukti ramah dan mengayomi semua warga apa pun latar belakangnya.

“Anies membuktikan dia tidak pernah mem-bully kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan dirinya. Dan dia tidak basa-basi dengan datang ke pusat-pusat kelompok nasionalis. Tidak harus membagi-bagi sembako. Tapi datang dengan senyum, persaudaraan yang tulus, itu yang ditawarkan. Anies bisa kembali menyatukan bangsa yang selama ini tercerai-berai ke dalam SARA,” tuturnya.

Dengan pendekatan dan rekam jejaknya selama ini, dia menilai Anies bisa mendapat suara maksimal di Banyumas pada gelaran pesta demokrasi tahun depan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bisa menang di daerah yang kerap disebut kandang banteng tersebut.

“Setidaknya (hasil Pemilu 2024) berubah jauh dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Karena (warga) di Jawa Tengah itu setia, loyal meskipun sengsara. Itu makanya yang pro status quo sampai 75 persen. Tapi setidaknya sekarang status quo tidak sampai 50 persen, bahkan bisa kurang dari itu,” tandasnya.

Sumber: Kbanews.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan