IDTODAY.CO – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan disebut-sebut terlibat dalam melakukan bisnis tes PCR. Luhut dikaitkan dengan perusahaan penyedia alat tes PCR, yaitu GSI Lab yang berada di bawah PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Menanggapi tudingan tersebut, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pun angkat bicara saat konferensi pers virtual terkait penyampaian hasil kunjungannya ke beberapa negara termasuk ke Uni Emirates Arab.
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil mengatakan paham terkait permasalahan PCR ini. Dia meminta kepada publik untuk tidak memperpanjang pembahasan mengenai bisnis PCR.
“Untuk abang-abang saya, senior-senior saya, teman-teman perjuangan saya waktu masa aktivis, persoalan COVID ini nggak gampang loh. Di satu sisi kita harus mengerjakan COVID turun, di satu sisi kita harus membuat ekonomi tumbuh. Sudahlah saya mengerti persoalan PCR-PCR itu, sudahlah jangan terlalu lama, jangan terlalu berepisode terus lah, udah selesai itu,” kata Bahlil, Kamis (11/11/2021).
Dia mengatakan, negara lain mengakui dan mengapresiasi penanganan COVID-19 di Indonesia. Oleh sebab itu, dia juga mengatakan, seharusnya ada apresiasi kepada seluruh pihak yang ikut andil dalam penanganan pandemi di dalam negeri.
“Kita harus memberikan apresiasi kepada seluruh yang mengambil ikut bagian dalam penyelesaian COVID. Ini negara lain itu sangat mengakui penanganan COVID di Indonesia. Saya tahu, saya mengerti betul abang-abang saya dengan dinamika yang terjadi ini, tapi tolong mari kita letakkan kepentingan negara di atas segala-galanya,” sambung Bahlil.
Menurutnya, yang penting saat ini adalah bagaimana Indonesia menatap masa depan yang lebih baik lagi. “Yang penting adalah bagaimana kita menatap masa depan lebih baik,” ujarnya.
Sekedar informasi, Luhut juga sempat buka-bukaan terkait dugaan keterlibatannya dalam bisnis PCR. Dia menegaskan dirinya tidak pernah mengambil untung dari bisnis tersebut. Hal itu ia sampaikan dalam media sosial.
“Saya ingin menegaskan beberapa hal lewat tulisan ini. Pertama, saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia,” kata Luhut dalam story Instagram miliknya, Kamis (4/11) lalu.
Luhut menjelaskan pada awal pandemi COVID-19 Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes COVID-19 untuk masyarakat. Dia bilang GSI tujuannya bukan untuk mencari keuntungan bagi para pemegang saham, sesuai namanya ini adalah kewirausahaan sosial sehingga tidak bisa sepenuhnya diberikan secara gratis.
“Partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan saya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes COVID-19 dengan kapasitas yang besar. Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal,” jelas Luhut.
“Kenapa bukan menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia adanya dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang kita sembunyikan di situ,” tambahnya..
Luhut menjelaskan, saat dirinya mewajibkan aturan PCR, itu karena dia melihat adanya peningkatan risiko penularan akibat peningkatan mobilitas di Jawa-Bali dan penurunan disiplin protokol kesehatan.
“Pun ketika kasus menurun awal September lalu, saya juga yang meminta agar penggunaan antigen dapat diterapkan pada beberapa moda transportasi yang sebelumnya menggunakan PCR sebagai persyaratan utama,” imbuhnya.
Sumber: detik.com