Soal Politisasi Agama yang Diungkap Menag Seolah Menyindir Anies Baswedan, Waketum PKB: Omongan Buzzer

Soal Politisasi Agama yang Diungkap Menag Seolah Menyindir Anies Baswedan, Waketum PKB: Omongan Buzzer Foto: tvOnenews/Abdul Gani Siregar

Imbas pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas yang diduga menyindir Anies Baswedan melakukan politisasi agama, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid merespons jika pernyataan tersebut sepertu buzzer.

“Ini untuk apa mengeluarkan (pernyataan) begitu? Buang-buang statemen menurut saya, buang-buang omongan yang nggak perlu. Ini kan omongan pinggir jalan, omongan buzzer, omongan provokator seperti itu,” tegas dia, melansir keterangan video yang diterima tvOnenews.com, Selasa (3/10/2023).

Oleh karena itu, Jazilul menegaskan agar Yaqut berhati-hati dalam bertutur kata karena dia merupakan pejabat publik. Tidak seharusnya ikut campur dalam urusan capres-cawapres.

“Hati-hati menjaga mulutnya. Karena apa, karena dia pejabat publik, dia digaji oleh pajak negara untuk membuat suasana harmoni, bukan untuk mengeluarkan statement yang nggak perlu,” jelasnya.

Kemudian, Jazilul meyakini bahwa kini rakyat lebih pintar dalam memilih sosok pemimpin, sehingga tidak perlu disetir oleh pejabat publik.

“Rakyat itu lebih paham, rakyat enggak mungkin akan milih pemimpin yang mukanya jelek, ngomongnya jelek, itu nggak mungkin,” tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan semua pihak agar tidak menjadikan agama sebagai alat untuk berpolitik.

“Agama jangan digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan, jangan jadikan agama sebagai alat politik,” katanya di Solo, Jawa Tengah, Jumat, 29 September 2023.

Apalagi, katanya, saat ini sudah masuk pada tahun politik karena pada tahun depan akan terlaksana pemilu serentak.

Ia mengatakan pemilihan umum hanya sebuah mekanisme untuk menentukan atau mencari siapa yang memimpin bangsa.

“Ini hanya mekanisme, ini bukan peperangan, bukan sebuah pertarungan hidup mati yang harus ada korban; tapi hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menahkodai negeri besar yang bernama Indonesia ini,” katanya.

Oleh karena itu, ia berharap sebagai umat beragama, maka seluruh warga Indonesia harus menjaga suasana kondusif dengan menjadi agen dan aktor yang menjaga kedamaian pelaksanaan pemilu tahun depan.

“Tidak boleh kita semua ini menjadi bagian yang salah, saling memusuhi, saling menghina satu dengan yang lain, itu tidak boleh. Umat beragama seharusnya menyadari bahwa pemilu, tahun politik hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa yang memimpin negara ini,” tandasnya.

Sumber: tvonenews.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan