Kesaksian Jemaat Gereja di Gaza Korban Bom Israel: Kami Dibaptis di Sini, Biarkan Meninggal di Sini

Kesaksian Jemaat Gereja di Gaza Korban Bom Israel: Kami Dibaptis di Sini, Biarkan Meninggal di Sini (Foto: archons.org -)

Sejak tentara Israel melancarkan serangan ke Gaza, Palestina, banyak bangunan dan fasilitas publik yang hancur. Tidak sedikit pula nyawa melayang.

Dari kisah-kisah pilu warga Gaza yang terkena hantaman bom Israel, ada kisah dari jemaat gereja Saint Porphyrius yang mengisahkan kepedihan yang mereka hadapi. Seperti dituturkan oleh Ibrahim Jahsan yang telah berlindung di Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza sejak perang dimulai.

Dia adalah salah satu dari 1.000 umat Kristen di Gaza. Jahsan tidak pernah meragukan bahwa gereja adalah tempat yang aman baginya, apalagi istrinya yang sedang hamil, dan dua anaknya yang berusia lima dan enam tahun.

Gereja tempat Jahsan berlindung adalah gereja Ortodoks Yunani – yang tertua di kota ini, terletak di lingkungan Zaytoun – secara tradisional berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi umat Kristen dan Muslim selama perang Israel melawan Hamas.

Gereja ini di bawah Patriarkat Yerusalem dan merupakan gereja tertua yang aktif di kota tersebut bahkan disebut sebagai gereja tertua ketiga di dunia. Terletak di Kawasan Zaytun di kota tua Gaza, nama gereja ini diambil dari nama uskup Gaza abad ke-5, Saint Porphyrius, yang makamnya terletak di sudut timur laut gereja.

Namun pada 20 Oktober silam, bom Israel menyerang bangunan dekat gereja hingga porak poranda. Menurut Patriarkat Ortodoks Yerusalem kepada Al Jazeera bahwa akibat serangan itu.

Baca Juga:  Waspada Israel, Sayyid Hasan Nasrallah Buka Suara Jumat Besok, Hizbullah Rilis Infografis Gebuk Israel

Selain merusak bangunan gereja, setidaknya 18 orang dipastikan tewas, termasuk beberapa anak-anak.

Seorang wanita menunjukkan gambar bayi, George Ramez al-Souri, salah satu dari 18 korban tewas menyusul serangan udara Israel terhadap gereja Ortodoks itu.

“Kami pikir kami akan dilindungi”, kata Jahsan.

“Gedung yang mereka bom berada di samping gereja,” lanjutnya. Jahsan, masih terguncang akibat ledakan dahsyat tersebut. “Kami hanya berdoa kepada Tuhan untuk mengakhiri perang ini.”

Baca Juga:  Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional Keluarkan Fatwa: Membiarkan Gaza dan Palestina Dihancurkan adalah Pengkhianatan terhadap Alloh dan Rasulnya

Peristiwa itu terjadi ketika sekitar 200 anak-anak, wanita, orang tua dan orang sakit berlindung di gereja tersebut.

Namun dengan seketika pesawat tempur Israel justru menargetkan bangunan di sampingnya dengan dua serangan, kata Ibrahim Al-Souri, korban selamat lainnya yang juga berlindung.

“Pendudukan brutal Israel tidak membeda-bedakan,” katanya. “Mereka menargetkan gereja, masjid, dan rumah sakit. Tidak ada tempat yang aman,” ujarnya sedih.

Meski Israel memaksa warga Gaza untuk mengungsi, Ibrahim dan keluarga memilih tetap bertahan. “Kami dibaptis di sini, biarkan meninggal di sini,” katanya pasrah.

Sumber: kompas.tv

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan