Pilpres 2024 diprediksikan akan menjadi laga gubernur tanah Jawa, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo, berebut kursi Presiden RI.
Penanganan pandemi Covid 19 menjadi pertaruhan, sekaligus peluru para pendukung untuk ‘menyerang’ pihak lawan. Jelang Pilpres 2024, buzzer bayaran atau buzzer Rp dan para cukong akan memegang peranan.
Juru Bicara PA 212 Haikal Hassan di akun Twitter @haikal_hassan memprediksikan pertarungan Anies, Ganjar dan Kang Emil di pesta demokrasi 2024. Ustadz Haikal membuat polling untuk follower terkait tiga sosok capres 2024 itu.
“Kelihatannya 3 gubernur akan bertarung merebut hati rakyat dalam pesta demokrasi 2024. Yuk, starting right now !!! Tentukan pilihan mu: 1. Anies Baswedan. 2. Ganjar Pranowo. 3. Ridwan Kamil.,” tulis @haikal_hassan.
Ketua Forum Rekonsiliasi Rakyat Indonesia (Rekat Indonesia) Eka Gumilar mengingatkan, pesta demokrasi 2024 ditingkahi buzzerRp, media cukong, dan siraman duit cukong. Hal itu yang akan terus “mengeroyok” Anies Baswedan.
“Pooling yang unggul dan rame akan terus @aniesbaswedan, tapi prediksi saya sih di ujung bisa yang lain yang jadi, misal @ridwankamil. Karena Anies terus dikeroyok media cukong, buzzerp dan isue-isue. Sp dipengujung udah babak belur? Lalu cukong main “kudu”, selesai deh. Kudu kuduit maksudnya,” tulis Eka di akun @ekagumilars meretweet polling @haikal_hassan.
Soal buzzer, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Asfinawati telah meminta Presiden Joko Widodo menertibkan para pendukungnya atau buzzer yang sudah keterlaluan.
Dalam diskusi bertajuk “Teror dalam Ruang Demokrasi” (03/06), Asfinawati menilai, Jokowi seolah membiarkan para buzzer tersebut.
Menanggapi permintaan itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Donny Gahral Adian menegaskan bahwa buzzer adalah hal yang wajar di negara demokrasi. Menurutnya, setiap kekuasaan memiliki buzzer yang membela.
Soal posisi media, politisi Demokrat Soeyoto mengingatkan, polarisasi di Indonesia tidak selesai-selesai karena banyak media berpihak.
“Kenapa polarisasi di Indonesia tidak selesai-selesai, karena banyak media berpihak. Motivasinya apa?? Kek seperti ini terus-terusan seperti success story, padahal orang se Indonesia tahu Surabaya saat ini jadi epicentrum Covid 19 di Jatim. Kok seolah Risma sukses besar?,” tulis Soeyoto di akun @soeyoto1 meretweet tulisan bertajuk “Rahasia Risma Bikin Ratusan Pasien Corona Sembuh dalam 5 Hari”.
Sumber: itoday