Mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berbicara mengenai oligarki yang terjadi saat ini.

Said Aqil menyinggung soal jadi bupati saat ini tak perlu pintar, akan tetapi yang penting memiliki uang.

Hal itu disampaikan Said Aqil dalam pidato kebudayaan dengan tema ‘Kembali ke Cita-cita Luhur Bangsa’ di Gedung Joang 45, yang disiarkan di YouTube NU Channel, Jumat (11/8/2023). Dia awalnya berbicara mengenai keadilan dan kemakmuran.

“Keadilan dan kemakmuran harus diratakan, tidak boleh ada monopoli dan praktik oligarki yang merugikan negara dan kemiskinan negara Indonesia,” kata Said Aqil.

Menurut Said Aqil, saat ini nuansa oligarki sudah terlihat. Hal itu, kata dia, syarat menjadi bupati bukan lagi pintar, tapi punya uang.

“Walaupun terus terang kita sudah berada di nuansa oligarki. Kalau orang mau maju jadi bupati nggak penting pintar, nggak penting sarjana apa bukan, yang penting? yang penting uang. Jangankan bupati, muktamar itu harus pakai uang,” kata dia.

Baca Juga:  Ketum PBNU Minta Agar RUU HIP Dicabut

Lebih lanjut, Said Aqil mengatakan dirinya tak anti-konglomerat. Akan tetapi, dia meminta konglomerat untuk membantu pengusaha kelas menengah dah kecil.

“Kita tidak anti-konglomerat, tapi yang kita harapkan konglomerat menarik pengusaha kelas menengah, pengusaha kelas menengah mengangkat buruh dan rakyat kecil,” kata dia.

“Kalau konglomerat misalkan kita rampok hartanya, nanti orang miskin bertambah satu itu, ya konglomerat itu jadi miskin kan, bukan begitu caranya. Bagaimana melakukan pemerataan,” imbuhnya.

Baca Juga:  Ketum PBNU Nilai Pemerintah Jokowi Gugup & tak Mampu Hadapi Covid-19

Selain itu, Said Aqil juga mengajak agar tak ada permusuhan jika beda agama dan suku. Menurutnya, tidak boleh ada pemaksaan dalam beragama.

“Tidak boleh ada permusuhan berdasarkan beda agama beda suku. Tidak boleh pemaksaan beragama, ‘janganlah kamu sekali-kali mencaci-maki nonmuslim, karena Allah menjadikan untuk mereka kebanggaannya masing-masing’,” jelasnya.

Sumber: detikcom

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan