Dua tokoh Nadlatul Ulama (NU) Yenny Wahid dan Khofifah Indar Parawansa sudah resmi menolak dijadikan sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Keduanya tidak mau mengambil risiko jika menjadi cawapres Anies Baswedan.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan penolakan Yenny dan Khofifah itu sangat berdasar. Sebab selama ini Anies memiliki perbedaan ideologi dengan kedua tokoh NU tersebut.
“Minimal pada level persepsi publik. NU selama ini dinilai menganjurkan nilai-nilai inklusivisme. Sementara Anies dikesankan sebaliknya,” kata Adi kepada Inilah.com, Sabtu (22/7/203).
Adi menyebut perbedaan ini terlihat saat Anies mengikuti kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu. Sebab persepsi publik mengenai ideologi Anies belum hilang sampai sekarang.
“Secara statistik, pada level grass root, pemilih Nahdliyin memang nyaris tak ada yang memilih Anies. Apalagi salah satu partai pengusung Anies yakni PKS sejak lama saling berhadap-hadapan dengan NU. Di mana ada PKS di situ pasti tak ada NU,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa secara tegas menolak untuk dicalonkan menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan dalam Pilpres 2024.
Ketua DPP NasDem, Effendi Choiri atau Gus Choi mengatakan pihaknya sudah mencoba melakukan pendekatan dan menawarkan posisi cawapres kepada Khofifah. Namun Khofifah menolak dengan alasan tidak berani mendampingi Anies.
“Dia enggak mau atau enggak berani,” ucap Gus Choi saat dikonfirmasi, Jumat (21/7/2023).
Sebagai informasi, nama Khofifah memang santer disebut sebagai kandidat kuat bakal cawapres pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024. Sosok Khofifah dinilai bisa melengkapi Anies untuk menggaet suara dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) khususnya di wilayah Jatim.
Sumber: inilah.com